25.9.23

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.a.8 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN OLEH SIPRIANUS WARA, M.Pd CGP A8 SMAS REGINA PACIS BAJAWA


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.a.8 
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
OLEH SIPRIANUS WARA, M.Pd CGP A8
SMAS REGINA PACIS BAJAWA

Dalam proses pembelajaran Modul 3.1 berkaitan dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Bagi Seorang Pemimpin Pembelajaran mengelaborasi dari 10 pertanyaan penuntun yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam merumuskan relevansi antar modul yang satu dengan modul yang lainnya dalam bentuk sistesi sehingga menjadi sebuah artikel yang padu dan utuh. 

Bagian Pertama,memepertegas pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi pendidikan yang di kenal dengan Pratap Triloka; Ing Ngarsa Sung tulada, Ing Madya Mangukarsa, Tutu Wuri Handayani bahwa sesungguhnya seorang pemimpin pembelajaran harus menganut Triloka ini di mana di depan memberikan teladan, di tengah memberikan motivasi dan di belakang memberikan dukungan sehingga terwujudnya tujuan pendidikan yang berpihak pada murid. Pendidikan adalah sebuah tuntunan di mana murid tumbuh dengan segala potensi dirinya yang telah memiliki garis-garis samar sehingga guru sebagai pendidik menebalkan garis samar tersebut sesuai dengan kodrat murid baik kodrat alam dan juga kodrat zaman. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan universal. Oleh karena itu keputusan yang diambil harus dilandasi atas kesadaran penuh dari seorang pemimpin pembelajaran sungguh memerdekakan murid sebagai pribadi yang merdeka dan bertanggungjawab atas diri dan masa depannya. 

Bagian kedua, Setiap nilai yang ada dalam setiap pribadi  guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip pada setiap keputusan yang kita ambil. Pada dasarnya adalah setiap keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpim pembelajaran tentu didasari pada keberpihakan pada murid. Keputusan yang diambil harus senantiasa mempertimbangkan prinsip dan nilai kebajikan universal. Guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat berperan dan berdampak pada setiap keputusan yang diambilnya. Maka dari itu nilai dan prinsip yang dianut oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh pada setiap keputusan yang diambilnya. Seorang pemimpin pembelajaran hendaknya selalu kreatif, inovatif dan mendorong terciptanya budaya posited daalam dirinya shingga setiap keputusan yang diambil sungguh berpihak pada murid dan lingkungan belajarnya. . Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Bagian ketiga, Kegiatan terbimbing yang dilakukan dalam kaitannya dengan modul coaching dan pengambilan keputusan berbasis nilai seorang pemimpin pembelajaran baik berkaitan dengan pendamping pengajar praktik dan juga fasilitator dalam berproses dalam memahami modul dan bagaiman dapat menguji setiap keputusan yang diambil. Pengambilan keputusan yang telah dibuat dapat dianggap efektif atau kerap kali masih ada pertanyaan dalam diri namun hal ini dapat dialami dalam kegiatan coaching pada modul 2.3 berkaitan dengan praktif coaching. Pendasaran coaching merupakan keterampilan untuk memaksimalkan potensi seorang coachee dan searang coach tentu memiliki kreativitas agar tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan coaching dapat tercapai. Proses coaching yang dilakukan mengikuti tahapan alur TIRTA yakni menetapkan Tujuan, Indentifikasi, Rencana Aksi, Tanggungjawab. Alur TIRTA sangat relevan dengan 9 langkah pengambilan keputusan karena di dalamnya berkaitan dengan pengambilan keputusan dan menguji keputusan yang telah diambil. Dalam kegiatan pendampingan bersama Pendamping Praktik dan juga Fasilitator mendorong saya untuk melakukan praktik pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan dalam pembelajaran dan juga dalam persoalan yang dialami dalam komunitas. Alur TIRTA dikenal juga dengan GROW dimana Goal, (tujuan) merupakan hal yang ingin dicapai oleh coachee, Reality (hal-hal nyata) merupakan hal yang dapat dilakukan dengan menggali segala yang dimiliki oleh coachee. option,(pilihan) merupakan coachee bisa memilih hal-hal yang dapat dijadikanpedoman dalam kaitan rencana aksi. Will (keinginan untuk maju) merupakan komitmen coachee untuk menjalankan rencana aksinya.

Bagian keempat, berkaitan dengan kesadaran akan keadaan sosial emosionalnya yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Maka proses coaching dan pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan kompetensi pembelajaran sosial emosional (PSE) seorang pemimpin pembelajaran.Seorang pemimpin pembelajaran senantiasa memahami dan dapat menggali peotensi yang dimiliki oleh setiap murid. Maka dari itu kompetensi sosial dan emosional sangat berperan dalam pengambilan keputusan baik dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas atau kegiatan pembinaan lainnya di luar kelas. 

Bagian kelima, berkaitan dengan pembahasan studi kasus yang berkaitan dengan masalah dilemma etika atau bujukan moral yang dilandasi pada setiap nilai yang kita anut dalam pengambilan keputusan.  Dalam menghadapi berbagai persoalan atau kasus yang dihadapi baik berkaitan dengan dilemma etika dan bujukan moral maka sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memaknai dan mampu menganalisis setiap persoalan yang dihadapi.  Maka dari itu setiap keputusan sangatlah berpengaruhi oleh kompetensi sosial dan emosional yang dimilikinya.  Dalam kaitannya dengan nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak tentu memampukan guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab dan sunggh berpihak pada murid. 

Bagian keenam, terkait pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentu dalam pengambilan keputusan sangat mempertimbangkan 9 langkah pengambilan keputusan dan tentu mempertimbangkan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Dengan demikian segala keputusan berpihak pada lingkungan yang dapat bertumbuh kea rah positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga terciptalah lingkungan yang positif dan bertanggungjawab. 

Bagian ketujuh, kesulitan atau tantangan di lingkungan dimana saya menjalani tugas dan peran sebagai pemimpin pembelajaran terkait pengambilan keputusan dalam kasus dilemma etika, dan apakan ini berkaitan dengan perubahan paradigm di lingungan atau komunitas saya? Bagi saya sebagai pemimpin pembelajaran tentu segala persoalan sering ditemui dan ini membutuhkan komitmen dan gerakan bersama agar segala keputusan yang diambil berlandaskan pada prinsip keberpihakan pada murid. Dalam kaitannya perubahan paradigm tentu harus memiliki perluasan lingkungan pengaruh agar dalam menjalani keputusan bersama dapat dilaksanakan secara komitmen dan berkelanjutan. 

Bagian depalan, pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan kaitannya dengan memerdekakan murid – murid sungguh sangat dialami. Dalam praktiknya bahwa setiap keputusan sesungguhnya agar berpihak pada murid dan meminimalisir keputusan yang kurang berpihak pada murid sehingga filosofi pendidikan, proses coaching serta pengambilan keputusan yang berbasis pada murid sunggug dialami oleh murid dan lingkungannya dengan demikian budaya positif dapat terwujud.

Bagian kesembilan, seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peran sentral atas segala keputusan yang diambilnya. Setiap keputusan yang diambil harus didasari atas nilai kebajikan universal sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan motivasi internal dalam diri siswa agar dengan merdeka dan bertanggungjawab untuk belajar demi diri dan masa depannya. Maka sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi agar kebutuhan belajar murid sungguh dapat terpenuhi baik konten, proses serta produk. 

Bagian kesepuluh berkaitan dengan  rumusan kesimpulan yang dapat dirumuskan berkaitan dengan uraian di atas.  Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai pendidikan yang menuntun kemerdekaan belajar murid agar dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidupnya. Murid adalah pribadi yang memiliki potensi dan sebagai agen perubahan. Pola pendidikan yang dijalani harus sungguh sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.  Guru seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki komitmen dan peran yang kuat sesuai dengan nilai dan perannya sebagai guru. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus mampu melakukan praktik coaching dan memiliki kesadaran penuh dengan segala kematangan dan kompetensi sosial dan emosional sehingga keputusan yang diambil sungguh berpihak pada murid.  Dalam pengambilan keputusan harus berlandaskan pada 4 paradigma dan 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan. Oleh karena itu segala keputusan yang dijalankan oleh seorang guru sebagai pengambilan keputusan harus didasarkan pada kebajikan universal sebagai landasan sebagai seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bertanggungjawab dan sungguh berpihak pada murid. 

.