Keadaan jembatan darurat yang ambruk 17 Januari 2018
|
Foto:Seorang siswa SDK Ekoae sedang melintasi jembatan gantung Sungai Ratemangu. |
|
Tampak jembatan gantung dengan besi topangan seadanya |
Melawan lupa: ulasan iseng di awal 2017 lalu kini akhirnya terjadi.Alokasi dana desa yang katanya sudah p1 (skala prioritas pertama hanyalah wacana belaka.
Harapannya, di tahun 2018 yang digadang - gadang tahun pokitik akan membawa angin segar agar para politisi tidak hanya menyebar janji hampa tanpa ada realisasi.
Tugasoki, malang benar nasibmu, rahimmu kaya akan sumber daya alam ( hutan, material seperti batu, pasir bahkan sumber mata air berlimpah.Namun, nasib penghunimu bagaikan di padang sahara yang gersang dan tak berair..
Tugasoki:Asa Memiliki Jembatan (Catatan Di Awal Tahun 2017)
Pada awal bulan pebruari tahun 2017 yang lalu, Seperti biasa saya memanfaatkan waktu liburan untuk berkunjung ke kampung halamanku yakni kampung Tugasoki yang terletak di desa Ekoae Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Flores NTT. Tugasoki merupakan sebuah dusun kecil yang memiliki warga kurang dari 50 KK. Sebagai dusun yang boleh dikatakan sedikit terpencil, pola kehidupan masyarakatnya masih menganut semangat gotong royong, bela rasa dan penuh keakraban. Kesederhanaan dan kesehajaan hidup terpancar lewat interaksi sosial yang meliputi berbagai sisi kehidupan sehari-hari. Semua rutinitas dan keseharian hidup masyarakatnya belum terkontaminasi oleh persaingan seperti yang dialami masyarakat perkotaan baik dari sisi ekonomi, pendidikan, dan juga gaya hidupnya.Pola laku hidupnya masih alami dan memegang teguh akan nilai-nilai luhur tradisi setempat.Itulah yang saya alami sebagai seorang generasi yang terlahir dan dibesarkan di rahim tanah persekutuan ratewati dusun Tugasoki ini. Namun hal yang sedikit ada perubahan yakni angka partisipasi kasar anak untuk bersekolah baik dari TK, SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi yang dari tahun ke tahun terus meningkat.Di sisi lain juga perkembangan teknologi, pemenuhan akan sandang, pangan dan papan sudah mengarah pada kemajuan seperti dialami masyarakat di daerah lain.Semuanya sudah tentu selalu mengarah pada perubahan yang positif atau membangun generasi ke arah yang semakin baik.
Dari pelbagai perubahan yang sudah mulai dialami ini, ada beberapa persoalan sosial yang hingga saat ini belum terselesaikan. Dusun Tugasoki sebenarnya tidak bisa dikatakan Dusun terpencil apalagi terbelakang bila dibandingkan dengan wilayah dusun -dusun lain yang berada di wilayah kabupaten Ende. Hal ini dibuktikan dengan radius dari jalan utama lintas Flores jalur Pantai utara kurang dari 2 Km. Dusun ini merupakan sebuah dusun yang memiliki potensi kekayaan yang luar biasa baik dari warisan Budaya, kekayaan alam seperti hasil hutan, sumber material;batu alam, pasir, serta kaya akan sumber mata air. Daerah ini juga memiliki hasil komoditi perdagangan seperti kopi, Kemiri,jambu mete dan kakao. Tugasoki memiliki kekayaan alam yang memberikan berkah bukan saja bukan saja bagi warganya sendiri namun juga bagi warga sekitarnya.Nyatanya hasil kekayaan alam menjadi sumber eksploitasi bagi pemenuhan kebutuhan pembangunan seprti rumah, jalan atau jembatan, gedung atau fasilitas umum bagi masyarakat di desa Ekoae dan juga desa-desa lainnya. Selain kekayaan alam, Dusun Tugasoki juga sebagai tempat yang menjadi pusat penyelenggaraan semua seremonial adat dalam wilayah tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati tepatnya di kampung adat Ratewati Tugasoki.
Namun dari semuanya, sayang seribu sayang, potensi yang dimiliki Dusun ini seolah tak diperhatikan oleh semua elemen baik masyarakat, tokoh adat, tokoh agama apalagi pemerintah Desa sampai Pemerintah daerah Kabupaten Ende, bahkan Dusun ini tidak jelas perekamannya walaupun secara de facto masuk dalam peta wilayah desa Ekoae. Banyak persoalan yang dihadapi masyarakat di dusun ini dari tahun ke tahun tidak terselesaikan. Ini merupakan kategori kesenjangan sosial akut. Kesenjangan ini merupakan fenomena kesalahan berjamaah dan akhirnnya menjadi persoalan biasa yang tidak memiliki dampak apa-apa terhadap masyarakat namun kenyataanya terbalik.Kesenjangan Ini juga bisa dikatakan proses pembiaran berlanjut dari waktu ke waktu telah dianggap sebagai sesuatu yang biasa -biasa saja. Ada beberapa persoalan yang semestinya dapat ditangani dan diselesaikan secara cepat dan tepat namun dibiarkan bertele-tele alias saling lempar bola panas. Dengan demikian hal ini bisa dikatakan peran para pemangku adat, tokoh agama dan terlebih pemerintah desa boleh dikatakan gagal.Pemerintah desa menganggap bahwa masyarakat dusun Tugasoki sebagai masyarakat yang minim SDM namun hanya kaya SDA dan kurang memberikan aspirasi yang lawan arus serta hanya setuju akan apa yang menjadi kebijakan bersama walaupun masih banyak kekeliruan. Sangat ironis dan sangat disayangkan.
Adapun persoalan bersama yang dialami oleh masyarakat Dusun Tugasoki yang sebenarnya juga tanggung jawab pemerintah desa hingga saat ini belum terselesaikan;
@ Pengelolaan Sumber Air Bersih yang serampangan
Dusun Tugasoki memiliki potensi sumber air bersih yang sangat memadai.Kemampuan debit air ini bisa dijadikan sumber irigasi dan bahkan PDAM.Namun kenyataanya sumber ini dikelolah asal -asalan atau belum memenuhi standar pengerjaan yang memadai.Misalnya pipanisasi yang tidak sesuai dengan rekomendasi teknisi yang diakui (air langsung dialirkan dari sungai alam dan menjadi sumber air minum warga) akibatnya di musim penghujan pipa tersumbat oleh material banjir dan airnya kotor otomatis tidak bisa dipakai oleh masyarakat. Maka sejatinya perlu bak penampungan atau cara bagaimana agar menghindari hal ini).
@ Pengajuan Tender Instalasi Listrik kepada CV yang tidak sesuai prosedur.
Dusun Tugasoki merupakan wilayah Desa Ekoae yang secara faktual dalam peta lokasi tidak terpisahkan dari dusun lain di wilayah desa tersebut.Namun kenyataannya ketika sampai saat ini dikatakan wilayah ini tidak termasuk dalam peta wilayah terutama dalam masalah instalasi listrik pra bayar beberapa waktu lalu.Lantas demikaian apa peran pemerintah desa yang telah melakukan pengumpulan biaya meteran pelunasan biaya meteran pada masyarakat dusun Tugasoki pada waktu 5 tahun lalu? Banyak alasan teknis yang tidak dipahami oleh masyarakat. Ironisnya lagi di tahun 2017 ini masyarakat dikenakan biaya meteran yang baru dan dikenakan biaya tambahan yang mengikuti harga meteran tahun 2017.Wah-wah alih -alih mau dapat aliran listrik masyarakat dibodohi oleh kesalahan prosedur yang tidak lain dilakukan oleh pemerintah desanya sendiri.Sesudah itu, keadaan ini berlarut-larut dan membiarkan masyarakat untuk berjalan sendiri.Masyarakat terus mendapat harapan palsu tanpa adanya realisasi.Malang benar nasib warga kampung Tugasoki.
@Jembatan Gantung Lowo Ratemangu mengandung resiko terencana.
Kekayaan alam dari rahim tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati dari waktu ke waktu terus digerus.Namun apa balasannya? jalan dusun dibiarkan bebatuan dan berlubang, dan parahnya lagi tidak ada jembatan penghubung yang menghubungkan akses jalur utama warga dusun ini menuju pusat kegiatan umum baik bidang rohani, pemerintahan, pasar dan perdagangan, akses menuju sekolah bagi anak anak baik tingkat taman kanak -kanak maupun pendidikan menengah. Keadaan seperti ini terus dibiarkan dan tidak adanya perjuangan dari tokoh adat, agama dan pemerintah desa serta kabupaten. Para siswa/i dari TK sampai SMK bahkan kendaraan roda 2 dan 4 melintasi jembatan gantung reot itu.Tanpa disadari bahwa bahaya akan keselamatan jiwa terus mengancam di saat warga melintasi jembatan ini. Ibarat air susu dibalas dengan air tuba.Para politisi mengumbar janji manis disaat Pileg atau juga pemilihan kepala daerah yang semuanya tinggal janji belaka.Wah wah kasihan sekali para penerus bangsa sampai jaman semodern ini masih berjuang melewati jalan berbatu, berlumpur bahkan melewati jembatan yang mengacam nyawa demi meraih cita-cita untuk menuntun ilmu.Warga dusun ini bagai tikus mati di atas ribuan karung padi.Kekayaan alam dimiliki hanya dieksploitasi tanpa adanya perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai bagi warga yang empunya kekayaan itu.
@Masalah Hewan Ternak
Belum ada atau lemahnya Perdes terhadap suatu keteraturan hidup sosial menjadikan dusun Tugasoki sebagai padang hewan ternak baik di musim hujan maupun panas.Daerah pemukiman atau kampung warga menjadi tempat berkeliaran hewan ternak yang seolah tidak bertuan.Potensi alam yang kaya dan tanah yang subur kini menjadikan dusun ini bahkan desa ini gersang bak padang pasir.Sangat ironis dan menjengkelkan.Suatu fenomena hidup yang tidak terarur.Kebijakan antar dusun kesannya dibuat sendiri -sendiri walau dalam wilayah desa yang sama.Misalnya dusun Jitapanda sebagai salah satu dusun di wilayah desa Ekoae memiliki kebijakan dusun yang luar bisa yakni semua hewan ternak ditertibkan.Hal ini terbalik dengan dusun Tugasoki dan Ekoae.Semua hewan ternak dibiarkan mencari makan sendiri.Masyarakatnya bangga memiliki hewan ternak yang banyak namun merugikan banyak orang.Semua jenis tanaman pekarangan habis dilahap.Kemajuan ekonomi masyarakat lesu tak bergairah.Sangat miris menyayat hati.Kesimpulannya adalah lemahnya penyelenggaraan pemerintah desa yang pada akhirnya timbulnya ketidakteraturan hidup sosial masyarakat terutama pada pelestarian, keamaman dan kenyamanan lingkungan tempat tinggal bagi semua masyarakat dusun dan desa.9
Dari realita hidup di atas, pertanyaanya; Siapakah yang harus bertanggungjawab atas semua ketimpangan yang dialami oleh Dusun Tugasoki atau desa Ekoae? Secara sederhana dan akal sehat kita boleh berkata bahwa semuanya merupakan tanggungjawab kita bersama warga dusun Tugasoki dan semua jajaran pemerintah desa, tokoh agama dan adat.Kolaborasi tiga tungku seharusnya menjadi dasar pijakan bagi semua masyarakat. Marilah kita berbenah dan mendengar seruan para generasi muda. Mereka semua tentu tidak memiliki materi untuk berbagi, tidak memiliki kekuatan untuk melawan, namun secara moril dan ide -ide dapat mereka berikan kepada pembangunan, perbaikan tata kelolah dusun dan desa demi tercapainya masyarakat Dusun Tugasoki dan Desa Ekoae yang sejahtera baik secara jasmani maupun rohani. Dan pada akhirnya para generasi muda kita akan kaya dalam pengetahuan, kuat dalam karakter, tangguh dalam iman serta tulus dalam berkarya sehingga terciptanya kerukunan, keharmonisan dan keseimbangan antara alam, manusia dan lingkungan sekitar kita yang semuanya akan kembali kepada Sang kuasa ilahi yakni Tuhan sendiri. Marilah kita satukan tekat, mewujudkan tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati, Tana eo ria no,o watu kai eo bewa, pati muri pawe tebo no,o mae...we ndu leka embu welu no,o mamo moi.Pu,u mulu du limba leta.
Oleh Wara Cypriano
Note:
Catatan ini hanya merupakan bentuk refleksi sosial akan apa yang dialami baik secara pribadi maupun terwakili oleh masyarakat Dusun Tugasoki. Apapun itu semuanya berdasarkan fakta.Mohon maaf apabila banyak hal yang mengganjal rasa dan dannpikiran berbagai lapisan masyarakat di Dusun Tugasoki secara khusus dan desa Ekoae secara Umum. Semuanya hanya ada satu tujuan yakni kemajuan, kemakmuran dan keselarasan hidup bagi kita semua.