VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano
Info seputar Ratewati: Tanah persekutuan adat "Tana Siga Watu Rembu" Ratewati di Dusun Tugasoki Desa Ekoae, Kec Wewaria Kab.Ende Flores Nusa Tenggara Timur.
@ Jumad 06-07-2018: Semua masyarakat adat dari ke 7 klan berkumpul di kampung adat Tugasoki. ( Kobe lo are mbera ( ka are mbera) atau makan bersama di pelataran Kuwu (balai pertemuan para penggarap dan Mosa laki)
@ Pada malam suntuk, ada sebuah upacara di mana seluruh masyarakat adat atau para tamu yang hadir diolesi dengan minyak Pada bagian dahinya sebagai simbol Penyucian dan ketentraman jiwa baik secara pribadi maupun untuk anggota keluarga atau klan, makna dari upacara ini adalah agar semua yang diolesi minyak mengalami kesejukan hati dan semua niat dan kerjanya senantiasa diberkati.
Kami rina leka kau Ema Siga no'o Rembu
Foto insert: Kuwu ( balai pertemuan para tokoh adat) |
Info seputar Ratewati: Tanah persekutuan adat "Tana Siga Watu Rembu" Ratewati di Dusun Tugasoki Desa Ekoae, Kec Wewaria Kab.Ende Flores Nusa Tenggara Timur.
@ Nggua Mbera (Thanksgiving ceremony) tahun 2018 dilaksanakan pada hari Jumad 06-07 Juli 2018.Ada pun
Rangkaian upacara:@ Jumad 06-07-2018: Semua masyarakat adat dari ke 7 klan berkumpul di kampung adat Tugasoki. ( Kobe lo are mbera ( ka are mbera) atau makan bersama di pelataran Kuwu (balai pertemuan para penggarap dan Mosa laki)
@ Pada tanggal 06 Juli 3018 (Ghia Mbera, (sodha susu leka embu welu mamo moi) ini merupakan upacara sesudah (ka are mbera) sebagai lanjutan rangkaian acara ka are mbera ditandai dengan acara tandak dan menari bersama (gawi). upacara "Ghia mbera" merupakan upacara pembuka dimulainya Gawi bersama (tandak dan menari bersama).Upacara ini memiliki makna yakni mengisahkan kembali makna upacara "Nggua Mbera" sejak awal mula dilaksanakan yakni dari jaman dahulu yang telah diwariskan oleh nenek moyang hingga saat ini. Semuanya itu terkait dengan karya para penggarap dalam hal pengolahan lahan, penanaman, panen dan akhirnya melaksanakan ujud syukur ke hadirat Sang Kuasa "Du'a Gheta Lulu Wula, Ngga'e Ghale Wena Tana" Tuhan yang bertahta di langit tertinggi dan berpijak pada bumi terdalam".Hal ini sebagai momen a bagaimana memaknai semuanya dengan upacara syukuran atas segala sesuatu yang telah diperoleh dalam kurun waktu setahun ini. Upacara gawi bersama dilaksanakan sampai ke esokan harinya yakni tanggal 07 Juli 2018.
@ Pada malam suntuk, ada sebuah upacara di mana seluruh masyarakat adat atau para tamu yang hadir diolesi dengan minyak Pada bagian dahinya sebagai simbol Penyucian dan ketentraman jiwa baik secara pribadi maupun untuk anggota keluarga atau klan, makna dari upacara ini adalah agar semua yang diolesi minyak mengalami kesejukan hati dan semua niat dan kerjanya senantiasa diberkati.
@ Pada saat subuh, para ibu menyiapkan sesajen berupa nasi dan juga daging kurban (nake manu/ daging ayam) untuk dipersembahkan kepada arwah leluhur dan juga roh-roh para leluhur ataupun roh halus (Nitu pa' i) yang mendiami wilayah tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati.
@Sesudah para mosalaki dan juga perwakilan dari setiap klan mempersembahkan sesajen yang dimulai dari rumah klannya sendiri diteruskan dari "Ulu raka eko nua" atau ujung kampung satu sampai yang lainnya. Kemudian itu, semua tokoh adat dan penggarap mengadakan musyawarah bertempat di balai pertemuan adat (kuwu). Agenda yang diangkat biasanya terkait dengan pelanggaran dan denda adat atau juga sengketa lahan di antara para penggarap. Momen Ini dijadikan sebagai evaluasi tahunan terkait pelaksanaan ritual adat di wilayah tanah ulayat terkecil (boge lo,o geto gene).
@Sesudah musyawarah bersama, dilanjutkan dengan penyembelian hewan kurban berupa Babi atau hewan besar lainnya seperti kerbau (Jika ada hal yang sangat mendesak) Hewan kurban ini meliputi hewan yang disiapkan seluruh penggarap atau juga hewan yang diserahkan oleh penggarap secara perorangan terkait dengan pelanggaran adat (sage) atau "Tama sala are" yakni pelanggaran di mana para penggarap memasuki kampung adat dan secara tidak sengaja mendapatkan bulir padi pada keranjang atau di baju atau celana sebelum pelaksanaan ritual "ji'e are" (tama are). Dengan demikia orang yang bersangkutan harus mengakui perbuatan yang telah dilakukannya dengan menerima sanksi adat berupa moke boti, are wati, wawi eko atau manu" atau denda bSehingga semua hewan kurban yang telah disediakan harus disembelih dan dibagikan kepada semuamasyarakat adat yang tersebar pada rumah adat dari 7 Klan. daging tersebut diolah dan dijadikan sebagai lauk pada upacara perjamuan bersama (ka nggera) yaitu sebagai upacara penutup.
@ Pada akhir upacara biasanya para tokoh adat ( mosa laki) mengumumkan larangan atau anjuran terkait hal - hal yang harus dilaksanakan oleh semua penggarap atau disebut (bo bela). Dan akhirnya semua rangakai upacara Ka are mbera atau Nggua Mbera berakhir.
Kami rina leka kau Ema Siga no'o Rembu
"Mai si kita ana mamo eo Siga Rembu, kita eo mera, kita eo kema Leka tana Siga eo Ria, leka watu rembu eo bewa, mo tau susu nua nama bapu, ria bhaka si kita, we tebo kita ma,e ro, lo kita ma,e baja. We,e tedo kita tembu wesa kita wela, nge bhondo ngere watu lowo, beka kapa ngere ndala ja , mai si kita tau dari nia pase la,e, we,e bebu leka tana eo Siga. Kita Ndu leka ola pera, kita pama leka eo pati" Oh..Embu kami Siga, kau kile kodho, kau peme lele si ola kema meko eo ana mamo kau, ate kami masa ngere pingga jawa, lo kami molo ngere lelu sina..Dema ata mangu lau laja ghawa, tau mai mbou ria ramba bewa, kau kupe kuba reda lema, kau ponggga, kau rago, we,e kami fai walu ana kalo muri pawe tebo no'o mae, du pu,u mulu du limba leta..ame.
No comments:
Post a Comment