Tour De Flores 2017 antara Harapan dan Realita.
Note: Maaf ulasan ini terkait TDF 2016 hanya up date judul.
#TourDeFlores (TDF) menjadi viral di media masa terutama bagi pengguna jejaring sosial di kalangan masyarakat NTT khususnya bagi masyarakat Flores saat ini. Ada hal menarik ketika semua aktivitas harian dikaitkan dengan kata Tour de...,misalnya anak-anak berangkat ke sekolah menjadi tour de sekolah, bapak-bapak berangkat ke sawah dengan mengatakan tour de sawah bahkan ibu-ibu memasak di dapur pun menjadi tour de dapur.Ya..ya..sederhana namun sangatlah menarik untuk dicermati.
Hingar bingar ajang balap sepeda Tour De Flores (TDF) yang merupakan salah satu event balap sepeda internasional sebagai rangkaian dari Tour De Singkarak dan Tour De Ijen Banyuwangi, kini perhelatan akbar itu telah berakhir. Kemeriahan TDF sejak dimulainya etape 1 Larantuka-Maumere, 2 Maumere-Ende, 3 Ende - Bajawa, 4 Bajawa -Ruteng dan etape ke 5 (etape terakhir) Ruteng -Labuan Bajo atau sejak 19 - 23 mei 2016 telah berakhir. Para racer pemenang etape pun, selalu dibaluti selendang dengan motif khas masing -masing daerah. Ada banyak kisah yang telah ditorehkan selama perhelatan yang merupakan ajang perdana di tanah Flores yang dikenal dengan Nusa Bunga itu. Antusiasme pemerintah dan masyarakat Flores tidak dipungkiri lagi. Begitu banyak haail japretan smartphone bertebaran di berbagai media sosial (Medsos), sebagai info terkini yang bisa diketahui oleh kelayak yang tidak menyaksikan secara langsung ajang TDF tersebut kini telah menjadi memori dan juga menjadi sebuah catatan sejarah yang disandingkan dengan Tour De France sebagai cikal bakal terselenggaranya event balap sepeda tingkat dunia itu.
Namun di tengah euforia dan antusiasme masyarakat dan pemerintah daerah yg begitu besar, adanya missing link yang semestinya menjadi tanggung jawab serta bukti keseriusan pemerintah pusat dalam mengembangkan potensi pariwisata yang tengah dikembangkan di NTT yang nota benenya sebagai salah satu propinsi miskin itu. Ketidakseriusan pemerintah pusat dibkutikan dengan tidak adanya stasiun televisi nasional yang menyiarkan secara live ajang balap sepeda Tour De Flores (TDF) tersebut. Walaupun klaim kesuksesan telah disampaikan gubernur NTT Drs.Frans Leburaya, yang menghadiri closing ceremony di Labuan bajo 23 Mei 2016. Dengan tidak adanya siaran langsung telah menuai banyak perdebatan di kalangan masyarakat terutama masyarat Flores itu sendiri. Adanya penasaran masyarakat dunia yang ingin mengetahui rute balap yang tergolong sulit dengan king of mountain yang harus ditaklukan oleh para racer.TDF termasuk rute sulit seperti Tour de France.Oleh karena itu bentuk dukungan dan keseriusan pemerintah pusat sangatlah perlu sebagai bentuk promosi pariwisata Flores di kancah nasionql dan internasional.
Dari semuanya itu, walaupun antara harapan dan kenyataan belumlah sejalan namun ajang ini telah menunjukan bahwa kepercayaan pemerintah pusat untuk mengembangkan kawasan pariwisata dan menjadikan Flores sebagai salah satu destinasi utama dalam program pariwisata nasional telah terjawab. Pemerintah dan masyarakat NTT secara khusus Flores bahwa kita bisa "#Bring Flores to the world and bring world to Flores". Slogan inilah menjadikan Flores di kenal di kancah internasional tidak hanya Komodo sebagai #7wonders tetapi juga #TDF. Sekelumit kisah yang ditorehkan itu, tidak menjadikan kita berbangga tanpa alasan namun dalam kisah itulah kita boleh berharap ajang ini akan terlaksana kembali di tahun mendatang.
Salam semangat buat EO (Event Organizer) dan juga Pemda se daratan Flores...Walaupun pro kontra dalam menggelontorkan dana dari APBD tetapi tetap satu kata sepakat TDF telah terselelenggara.
By WaraCypriano Email.Joelodo1205@gmail.com.
No comments:
Post a Comment