18.12.19

Pengulangan Merupakan Pola Belajar Paling Dahsyat

VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano

Foto ilustrasi: koleksi pribadi

Belajar merupakan suatu usaha yang dimanipulasi agar mencapai suatu target tertentu. Ada sebuah adagium tua dalam bahasa Latin yang berbunyi " Repetitio est mater studiorum" dapat diterjemahkan secara harafiah yakni 'pengulangan merupakan ibu yang baik dalam belajar'. Ini merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap orang yang pernah dan sedang menjalani suatu proses yakni apa yang kita sebut belajar. Pengulangan merupakan suatu kekuatan yang dasyat dalam belajar (the power of repetition).

Pola pengulangan dalam belajar juga merupakan suatu cara sederhana yang dapat dilakukan baik secara perorangan (individual) atau pun  kegiatan belajar secara berkelompok (learning community). Ada banyak cara orang dapat belajar dengan pendekatan pola pengulangan. Hal demikian banyak dan bahkan selalu dilakukan oleh para siswa/i, baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan di level pendidikan tinggi. 

Kegiatan pengulangan dalam belajar saat ini merupakan pola belajar paling banyak digandrungi terutama di jenjang pendidikan menengah seperti SMP, SMA/SMAK. Alasannya sebagai masa persiapan baik pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) atau Ujian Nasional (UN). Ini bisa menjadi suatu kebiasaan dan terbukti sebagai cara efektif agar pengusaan materi pembelajaran terus diasah agar para siswa/i bisa menyelesaikan soal-soal pada saat ujian.

Pola pengulangan dalam belajar berkorelasi positif terhadap prestasi  belajar siswa. Hal ini telah diakui oleh para guru di berbagai jenjang pendidikan. Mengapa demikian? Ya, karena pola pengulangan dalam belajar terus digalakan dan dilakukan hingga saat ini. 

Ada beberapa bentuk pengulangan dalam belajar;
a. Kegiatan belajar tambahan pada sore hari. Kegiatan mereview materi belajar biasanya dilakukan pada sore atau malam hari, selain jam reguler pada pagi hari. Kegiatan ini lebih menekankan pada kisi-kisi bahan ujian (blue print) baik USBN atau UN pada tahun berjalan atau membedah materi ujian empat atau lima tahun terakhir yang pada prinsipnya tetap menganut pola pengulangan.

b. Pelaksanaan kegiatan evaluasi atau try out (TO) secara maraton. Kegiatan TO pada prinsipnya merupakan kegiatan mengevaluasi materi pembelajaran baik dari kelas sebelumnya atau juga materi-materi ujian hasil analisis dari bapak ibu guru mata pelajaran yang merujuk pada Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) yang dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman untuk mempersiapan para siswa/i dalam mengahadapi USBN atau UN pada tahun pelajaran tersebut. 

c. Adanya pola pengelompokan sesuai prestasi belajar siswa.Pengelompokan peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan penguasaan materi merupakan salah satu bentuk pola pengulangan belajar, di mana para siswa/i yang sebelumnya berasal dari kelas besar, dan menjalani jam belajar tambahan yang mencapai hasil belajarnya masih rendah maka dikelompokanlah sesuai kemampuannya. Kelompok belajar dalam grup yang lebih kecil ini sebetulnya memiliki tujuan yang sama agar siswa/i lebih fokus pada materi yang belum dipahami secara baik. Ini juga merupakan satu pola pengulangan dalam belajar.

***

Dari pola pengulangan belajar di atas menunjukan bahwa adanya perubahan paradigma berpikir di mana pengulangan merupakan pola belajar yang hanya dilakukan siswa untuk menghafal (memorize) materi pembelajaran. Para siswa tidak diarahkan untuk berpikir kritis dan analitis. Maka pola pengulangan yang tengah dijalani dan bisa dikatakan diwariskan secara turun temurun bisa saja ditinjau kembali. Hal ini bisa saja bertentangan dengan gagasan brilian Mendikbud Nadim Anwar Makarim yang menerapkan empat program pokok kebijakan pendidikan "Merdeka Belajar" meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), di mana ujian 2021 menjadi assessmen Kompetensi Minimum dan survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi) dan pengguatan pendidikan karakter. Pendasarannya bahwa pola pengulangan lebih berorientasi kemampuan siswa untuk menghafal bukan bernalar maka penggluasaan terhadap konsep dan pemecahan masalah menajdi rendah. (Sumber, 408/sipres/A5.3/XII/2019.

oleh Siprianus Wara



No comments: