31.10.20

Tugas dan Fungsi "Mosa Laki Pu'u" Dalam Tradisi Masyarakat Adat Tugasoki Ratewati Ende Nusa Tenggara Timur

VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano


BAGIAN 1

Tugas dan Fungsi Mosa Laki Pu'u Dalam Tradisi Masyarakat Adat Tanah Pesekutuan Siga Rembu Ratewati 

Para Mosa Laki Ratewati sedang berpose di depan "Kuwu"
Foto insert dokumen pribadi Bapak Anton Kirye

Tanah persekutuan masyarakat adat Siga Rembu Ratewati yang terletak di Dusun Tugasoki Desa Ekoae kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki hierarki tokoh adat atau Mosa Laki. Dalam struktur Mosa Laki ada yang dinamakan Mosa Laki Pu'u dan juga Mosa Laki Lo'o atau disebut juga Mosa Laki Boge Lo'o Geto Gene. Setiap tubuh Mosa Laki memiliki peran dan tugasnya masing-masing, baik Mosa Laki Pu'u mau pun Mosa Laki Lo'o. Dalam menjalankan peran dan fungsinya para Mosa Laki saling melengkapi artinya tidak menunjukan kekuasaanya sendiri-sendiri. Segala keputusan dilandasi kebersamaan yakni melalui forum adat. Hal ini menunjukan bahwa warisan para leluhur mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang senantiasa dijalankan dan diwariskan hingga saat ini. Maka dari itu sebagai generasi penerus masyarakat adat tanah persekutuan "Siga Rembu Ratewati" kita perlu mengetahui warisan tradisi lisan para generasi pendahulu melalui bahasa tulis. Pada bagian pertama ini, kita disajikan gambaran singkat tugas dan fungsi Mosa Laki Pu'u yang terdiri dari 3 tokoh utama yakni Mosa Laki Eko, Mosa Laki Weri serta Mosa Laki Ria Bewa. 
Mosa Laki Eko: Bapak Antonius Kirye
Mosa Laki Weri: Bapak Petrus Lando Oro
Mosa Laki Ria Bewa: Bapak Dani Wedho 

1. Mosa Laki Eko

Dalam tatanan sistem hierarki tokoh adat (Mosa Laki: Lo Mosa Tebo Laki) pada tradisi masyarakat adat tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati, ada seorang tokoh adat yang disebut "Mosa Laki Eko". Peran dan fungsi "Mosa Laki Eko" dianalogikan dengan bagian tubuh hewan kurban yakni seekor babi di mana ungkapan dalam bahasa setempat "eko tau wejo" artinya kibasan ekor babi memberi tanda bahwa akan melaksanakan atau segera berangkat untuk menjalankan tugas Mosa Laki baik terkait pelaksanaan ritual adat maupun dalam pelaksanaan berbagai kegiatan adat lainnya. Ada pun tugas "Mosa Laki Eko";

a. Kebho Jawa
Ritual "Kebho Jawa" yakni sebuah  upacara sebagai pertanda anggota keluarga boleh konsumsi jagung dari hasil panenan. Upacara  "Kebho Jawa" juga sebagai ritual adat di mana penggarap sudah memanen hasil ladang berupa jagung. Uapacara ini sebagai upacara tahunan yang wajib dilaksanakan setiap tahun sesuai kalender adat pada masa berkebun dan bercocok tanam.

b. Pere Nggua no'o Nggua Mbera
Ritual "pere nggua" dilaksanakan sebelum upacara "Nggua Mbera". "Pere Nggua" merupakan upacara pembuka sebagai tahap awal bahwa para penggarap sudah diperbolehkan memasuki kampung adat dan memulai persiapan untuk melaksanakan upacara "Nggua Mbera", artinya padi sudah diperbolehkan dibawa ke kampung adat. Sebelum upacara ini dilaksanakan padi atau ditemukannya bulir padi di beras atau di saku celana atau perlengkapan yang di bawa maka dinyatakan "sage" atau dinyatakan melanggar adat maka harus dikenai sanksi adat berupa 1 ekor babi. 

Setelah upacara "pere nggua" maka akan dilanjutkan dengan upacara "nggua mbera". Upacara ini merupakan upacara syukur panen tahunan dalam siklus bertani dan berladang pada tradisi masyarakat adat tanah persekutuan "Siga Rembu Ratewati". Ritual "Ka Mbera" sebagai tanda bahwa para penggarap telah memanen padi ladang dan diupacarakan untuk memberi sesajen kepada Tuhan Penguasa langit tertinggi (Du'a gheta lulu wula) dan Allah Penguasa bumi terdalam (Ngga'e ghale wena tana) atas hasil panenan serta mengucap syukur kepada arwah leluhur atas perlindungan kepada para penggarap dan atas segala hasil panenan. Upacara "Nggua mbera" ditandai dengan "Ka Mbera" atau makan bersama yang dilaksanakan di pelataran rumah adat yakni di tengah kampung di depan "Kuwu" atau balai pertemuan Para Mosa Laki "Sa'o ria tenda bewa" yang terdapat sebuah batu tugu yang dinamakan "tubu musu". Bahan sesajen yang dipersembahkan berupa "are mbera" (nasi), lauk dari udang dan belut "Uta Kura no'o keba" dan juga arak (moke). Pada saat "Lo are mbera" atau upacara mengantar nasi dan sayur adat ke tengah kampung untuk dipersembahkan semua keluarga yang berasal dari 7 klan "Embu lima rua" wajib melaksanakan ritual ini. Upacara "Ka mbera" wajib dipimpin oleh "Mosa Laki Eko".

c. Tau Po'o. 
Ritual "Ka are po'o" yakni sebuah ritual awal tahun dalam kalender adat yakni sebagai pertanda bahwa masa menanam telah tiba. Semua ladang yang telah dibersihkan siap untuk ditanam padi dan jagung (are:padi jawa:jagung) sebagai tanaman utama dalam tradisi berkebun dan bercocok tanam. Upacara ini dilaksanakan di mana nasi dimasak dengan cara dimasukan dalam bambu lalu dibakar atau "po'o". Lauk atau sayur biasanya daging ayam kampung karena upeti dari para penggarap berupa 1 ekor ayam dan 1 botol arak (are wati, manu eko, moke boti). Dalam bahasa daerah setempat disebut juga "Sewu petu, pera bera, tedo tembu wesa wela" artinya panas dan bara api dipadamkan, dan didinginkan dengan air hujan. Tanaman yang ditanaman dan bibit yang dihamburkan dapat tumbuh subur serta menghasilkan panenan melimpah. Upacara ini dilaksanakan setelah upacara "Nggua mbera". 

Itulah tugas "Mosa Laki Eko".Dari tugas "Mosa Laki Eko" di atas ada pun tugas lain yakni memimpin musyawarah adat baik terkait persoalan di tubuh para Mosa Laki maupun  rapat tahunan para Mosa Laki. Maka dapat dipahami bahwa peran yang dijalankan oleh "Mosa Laki Eko" tidak bisa digantikan oleh "Mosa Laki" yang lain, artinya jika "Mosa Laki Eko" tidak hadir atau berhalangan maka semua upacara tersebut tidak bisa dilaksanakan. 

2. Mosa Laki Weri

Mosa Laki Weri adalah seorang Mosa laki yang termasuk dalam mosa laki pu'u. Mosa Laki Weri memiliki tugas dan fungsinya sendiri. Laki weri sama juga dianalogikan dengan fungsi mulut dan rahang dari hewan kurban yakni seekor babi di mana mulut dan rahang berfungsi untuk mengunyah dan memakan makanan. Maka tugas "Mosa Laki Weri" adalah menyembelih hewan kurban baik di saat upacara Nggua Mbera atau di saat "Sewu Api" (upacara syukuran) di wilayah tanah persekutuan "tanah Ria". yakni tanah yang menjadi bagian Mosa Laki Pu'u. Selain itu "Mosa Laki Weri" bertugas memberikan sesajen kepada arwah para leluhur yang mendiami tanah persekutuan "Siga Rembu Ratewati" (pati ka dua bapu ata mata leka ulu no'o eko nua". Tugas lainnya adalah membagikan daging hewan kurban kepada para mosa laki lainnya. Tugas "Mosa Laki Weri" ini tidak bisa digantikan oleh Mosa Laki lainnya. Jika Laki Weri tidak hadir atau berhalangan maka hewan kurban tidak bisa disembelih.

3. Mosa Laki Ria Bewa

Mosa laki ria bewa merupakan bagian dari Mosa laki  pu'u yang berperan sebagai penyeimbang dan menjadi penengah jika terjadi perselisihan atau silah pendapat di antara Mosa Laki Eko dan Mosa Laki Weri. Tugas Mosa Laki Ria Bewa adalah untuk menyeimbangkan semua peran dan tugas yang dijalankan oleh Mosa Laki Eko dan Mosa Laki Weri. Dalam sejarah hierarki Mosa Laki di tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati bahwa Mosa Laki Ria Bewa dikukuhkan sejak jaman Raja Rasi dan juga Simon Seko bahwa dengan pertimbahan di tubuh Mosa Laki Pu'u harus dibutuhkan  penyeimbang sehingga tidak ada yang mendominasi atau berat sebelah. Maka sejak saat itu dikukuhkanlah satu tokoh Mosa Laki yakni Mosa Laki Ria Bewa.

Demikian tugas dan fungsi Mosa Laki Pu'u dalam tradisi masyarakat adat Siga Rembu Ratewati. Semoga tulisan ini menjadi bahan sosialisasi agar para generasi Ratewati Tugasoki dapat mengetahui dan memahami tugas dan fungsi Mosa Laki Pu'u. Artikel ini belumlah sempurnah dan masih banyak kekurangan. Jika ada hal yang salah atau tidak sesuai dimohonkan untuk dilengkapinya melalui forum komentar.Terima kasih, salam literasi budaya.


Sumber
Oleh Bapak Geradus Songgo
Tokoh Adat, Mosa Laki Je Wunu Lele Ngaki Biri Ture,  tanah persekutuan Siga Rembu Ratewati. Materi ini disampaikan secara lisan dihadapan para Mosa Laki Pu'u, Ata du'a nua, Mosa Laki Aji Ji'e Ka,e Pawe, Bu Tenga Paso Dalo, Kepala Desa Ekoae (Bapak Yoseph Jedho) serta para penggarap dalam forum adat "Nggua Mbera" di Kampung adat Tugasoki pada 24 Oktober 2020.

Oleh: Siprianus Wara

14.10.20

Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa Wujud Komitmen Yasukda Mengemban Misi Pendidikan Katolik Di Tanah Ngada

.                         Foto insert: Kuliah Umum  Bersama Wagub NTT Yosep A Nae Soi

         Pendidikan merupakan tonggak utama pembentukan peradaban suatu bangsa. Peran pendidikan sangatlah jelas dalam membangun bangsa dengan segala dinamika yang dialaminya. Pendidikan selain sebagai pilar utama dalam mencapai sebuah perubahan (education is agent of change) juga memiliki peran sentral dalam membangun sumber daya manusia (Human resources development). Hal esensial dalam membangun sumber daya manusia adalah menghasilkan generasi yang berakhlak dan berdaya saing. Dalam mewujudkan tekad dan kemajuan pendidikan tentu tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik suatu organisasi sebagai payung hukum institusi pendidikan itu sendiri maupun para pelaku dan pemerhati di bidang pendidikan yang dikembangkanya. Ada begitu banyak wadah yang berperan dalam membangun sumber daya manusia melalui pendidikan, baik organisasi pemerintahan maupun peran lembaga swasta. Tokoh revolusioner Afrika Selatan Nelson Mandela pernah berujar “Pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah dunia”. Maka melalui pendidikanlah berbagai macam persoalan baik masalah gender, kemiskinan, kelaparan, ketimpangan pembangunan dan masalah perdamaian bisa teratasi, “Education is the most powerful weapon which you can to change the world”. Selanjutnya, John Dewey berpendapat bahwa “pendidikan adalah segala sesuatu dengan bersamaan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir dibalik dirinya” (“education is all growing; it has no end beyond itself”). Bercermin dari salah satu Pahlawan Pendidikan Nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan nasional, merumuskan “pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan karakter, kekuatan pikiran batin, intelek dan jasmani anak – anak selaras dengan alam dan masyarakat”.Suhartono Dkk (2017). 

         Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan nasional, Gereja telah menunjukan peran besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam dokumen Gereja “Gaudium et Spes” (GS) dan “ Gravissimum Educationist” (GE) konsili vatikan ke II menegaskan bahwa asas pendidikan kristiani selalu dan harus dikembangkan oleh komisi-komisi pendidikan di lingkungan keuskupan. Hal ini ditunjukan dengan deklarasi tentang pendidikan Kristen, artikel 1 Konsili vatikan II berbunyi“ Semua manusia dari bangsa, lapisan dan usia manapun memiliki martabat pribadi, karena itu mempunyai hak yang tak tergugat akan pendidikan”. Maka dari itu, peran Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang secara eksplisit tersurat dalam Undang – undang Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerderdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, baik bagi masyarakat maupun Negara. Pendidikan formal di lembaga pendidikan Katolik seyogyanya searah dengan visi pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Lembaga pendidikan Katolik senantiasa mewujudkan nilai – nilai luhur yang bersumber dari semangat injili. 

        Penyelenggaraan pendidikan Katolik harus mampu menjawabi kebutuhan masyarakat dalam menempuh layanan pendidikan yang berkualitas. Kehadiran Gereja melalui wadah pendidikan Katolik juga merupakan bagian tak terpisahkan dari karya misa Gereja itu sendiri yakni membina angkatan muda menuju kedewasaan sebagai wujud kehadiran Gereja dalam masyarakat (Gaudium et spes 8). “Sekolah membantu orang tua melaksanakan tanggngjawab atas pendidikan anak-anaknya terutama dan dengan cara dan dalam bentuk pengajaran, dan pada gilirannya pengajaran menjadi unsur penting dalam pendidikan. Lebih lanjut dikatakannya “akan tetapi sekolah bukan hanya mengajar, melainkan juga diharapkan mendidik, tak hanya lewat pengajaran, melainkan sikap hidup, perilaku keteladanan, suasana, kegiatan kemanusiaan dan keagamaan, (Go, 1992,3-4). Peran Yasukda Mengemban Karya Misi Pendidikan Katolik di Tanah Ngada Yayasan Persekolahan Umat Katolik Kabupaten Ngada (Yasukda) dari waktu ke waktu terus mewarnai bingkai perjalanan penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik di tanah Ngada baik dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TKK), Pendidikan Dasar (SD) hingga jenjang pendidikan menengah (SMP/SMA). Di usia emasnya yang jatuh pada 1 Agustus tahun 2012 lalu, Yasukda sebagai wadah organisasi swasta yang menaungi penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) di tanah Ngada terus memenuhi ekspektasi masyarakat melalui karya misi pendidikan salah satunya dengan berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Lembaga pendidikan tinggi ini sebagai wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat yang mencerminkann wajah Gereja yang mendidik. Sejak berdirinya satu abad yang lalu, Yasukda berperan aktif memberi kesaksian karya Gereja serta partisipasi aktif umat Katolik dalam membangun sumber daya manusia Indonesia pada umumnya dan masyarakat Ngada spada khususnya. Wujud komitmen yayasan ini telah membuahan hasil dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 517/m/2020 tentang Ijin Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Berdirinya STIPER Flores Bajawa menunjukan bentuk dukungan moral dan material serta wujud kolaboratif partisipatif yang solid dari pemerintah daerah kabupaten Ngada dan Gereja lokal Keusukupan Agung Ende. Dukungan dan kepercayan yang diberikan pemerintah dan gereja tidak terlepas dari track record Yasukda yang mampu mengelolah lembaga pendidikan Katolik baik jenjang pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah dalam kurun waktu satu abad di tanah Ngada. Ada pun lembaga pendidikan menengah di bawah naungan Yasukda yakni komunitas SMA Swasta Katolik Regina Pacis Bajawa di bawah kepemimpinan Almarhum Rinu Romanus bersama pimpinan Yasukda dan pemerintah daerah kabupaten Ngada menjadi cikal bakal gagasan ide besar agar Yasukda memiliki satu perguruan tinggi yang dinaunginya.

           Komitmen besar yang dirintis bersama ini pada akhirnya Yasukda menjawabi kerinduan masyarakat luas untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Ngada pada khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya melalui penyelenggaraan lembaga pendidikan tinggi. Sejalan dengan slogan STIPER Flores Bajawa “Searching and Serving with Love” menjadi basis penyelengaraan pendidikan tinggi di bidang pertanian yang menjadikannya sebagai laboratorium masyarakat agraris yang berorientasi global dengan mengedepankan nilai-nilai luhur kearifan lokal masyarakat Ngada. Keberadaan STIPER tidak lagi menjadi milik umat Katolik namun diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang guna menopang kemandirian dan kesejahteraan sebagai masyarakat agraris. “Kehadiran STIPER Flores Bajawa di bawah asuhan Yasukda menjadi berkat bagi masyarakat Ngada dan sekitarnya yang merindukan berdirinya perguruan tinggi bidang pertanian” tandas Ketua Yasukda, Romo Silverius Betu, S.Fil.M.Han dalam sambutannya pada acara pengumuman Surat Keputusan (SK) pendirian STIPER-Flores Bajawa (Florespos.co.id 19 Mei 2020). Lembaga Pendidikan Katolik ini memiliki komitmen dan intergritas yang selalu mengedepankan visi karya Gereja melalui pendidikan dengan tetap menjangkau berbagai lapisan, suku, agama, ras, budaya, usia yang memiliki hak asasi untuk mendapatkan layanan pendidikan yang humanis dan bermartabat. Oleh karena itu, STIPER mampu merajut kasih dalam keberagaman (unity in diversity) satu dalam perbedaan. Dengan demikian, Lembaga pendidikan tinggi ini mampu mewujudkan pembentukan martabat generasi muda seutuhnya sehinga menghasilkan generasi yang handal, bermartabat, memiliki kecakapan hidup (life skills) serta berdaya guna bagi masyarakat, Gereja, dan Negara. Oleh karena itu, pendidikan Katolik menunjukan soliditas untuk mengambil bagian dalam membentuk pribadi manusia secara holistik yang terkandung nilai-nilai hidup Kristiani yakni religius, intelektual, emosional, moral dan juga sosial, sebagai wujud tugas perutusan Gereja di tengah tata kehidupan dunia. STIPER Flores Bajawa Mampu Membangun Masyarakat Agraris Bermartabat dan Humanis Potensi besar yang dimiliki Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan Pulau Flores serta kabupaten Ngada khususnya menjadi dasar pijakan pemerintah kabupaten Ngada dan Gereja Keusukupan Agung Ende melalui Yasukda dalam upaya mendirikan STIPER Flores Bajawa. Kabaupaten Ngada sebagai bagian zona intergarsi Provinsi Nusa Tenggara timur yang nota benenya sebagai provinsi kepulauan memiliki potensi menjanjikan baik di bidang pertanian maupun peternakan.. Secara historis pulau Flores secara etimologis berasal dari bahasa Portugis yaitu “ Cabo de flores” yang berarti “Tanjung Bunga” dan dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh gubernur jendaral Hindia Belanda, Hendrik Brouwer. Nama ini juga melalui sebuah studi yang mendalam oleh Orinbao (1969) mngungkapkan nama asli pulau Flores adalah Nusa Nipa (pulau ular) dan dari sudut antropologi, pulau Flores mengandung makna filosofis, kultural, dan tradisi ritual masyarakat Flores. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores). Dalam kaitannya dengan potensi alam yang menjanjikan, salah satunya adalah Kabupaen Ngada. Ngada merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan Ibu kota kabupaten Bajawa dengan luas wilayah1.621 km2 dengan jumlah penduduk 162.299 jiwa (2018). Masyarakat kabupaten Ngada adalah masyarakat agraris. Kurang lebih masyarakatnya bergerak di sector pertanian. Secara polivalen atau usaha pertanian rakyat campuran meliputi usaha pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan dan peternakan (https:portal.ngadakab.go.id/pertanian)

        Dari gambaran di atas menunjukan bahawa potensi lokal kabupaten Ngada yang luar biasa harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia agraris yang berwawasan global dan salah satunya melalui wadah pendidikan tinggi yang fokus perhatiannya pada bidang pertanian. Maka dari itu, kehadiran STIPER Flores Bajawa merupakan oase yang dapat memacu angka partisipasi masyarakat Ngada dan Flores pada umumnya yang kategori masyarakat menengah ke bawah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan asas keterjangkauan akses pendidikan bagi semua kalangan. Hal ini ditegaskan oleh Ketua STIPER Flores Bajawa, Dr. Niko Noy Wuli dalam sambutannya pada acara pengumuman Surat Keputusan Pendirian STIPER Flores Bajawa “STIPER Flores Bajawa hadir sebagai laboratorium peradaban masyarakat agraris melalui program sarjana prodi agroteknologi dan peternakan yang didesain melalui perpaduan kurikulum berbasis IPTEK dan vokasi, dikelola oleh SDM Doktor dan Magister, dengan prinsip good university governance yang humanis dan berkarakter Nusa Tenggara” (Indonesiasatu.co 20 Mei 2020). Komitmen penyelenggaraan pendidikan yang pro humanis merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat melalui lembaga pendidikan Katolik. Hal ini dipertegas oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Visentius Sensi Potokota, Pr dalam sambutannnya pada misa pembukaan tahun akademik 2020-2021 bahwa “kehadiran STIPER Flores Bajawa merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat. Jadikanlah STIPER sebagai pengejawantahan wajah Gereja lokal Keuskupan Agung Ende dalam membangun dunia melalui sektor pendidikan. Kita yakin Yasukda sebagai payung hukum lembaga pendidikan tinggi ini memiliki mimpi besar guna memngemban misi karya pewartaan Gereja melalui pendidikan tinggi, serta mampu memberi warna bagi umat Katolik Keuskupan Agung Ende secara khusus dan masyarakat NTT pada umumnya. STIPER Flores Bajawa juga diharapkan menjadi lembaga pendidikan tinggi yang membawa misi kemanusiaan di tengah perubahan zaman yang penuh tantangan sebagai gereja yang mendidik di tengah umat demi mewujudkan kesejahteraan bersama (Bonum Commune)”***

Oleh; Siprianus Wara 

(Staf Pengajar STIPER-FB)

   

                                                               Sumber Bacaan

Banawiratma, J.B (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius Ejournal.unida.gontor.ac.id Konsep pendidikan menurut John Dewey diakses 25 September pada pukul 12.28 Garavissimus Educationist dan Gaudium et Spes https://Komkat.kwi-org/2015/01/28/Pernyataan-konsili-vatikan-iitentangpendidikankristen-gravissimumeducationist diakses 26 September 2020.12.03 Go, P. (1991) Pastoral Sekolah. Malang. Dioma Indonesiasatu.co 20 Mei 2020 Terima SK Mendikbud, STIPER Flores Bajawa Resmi Berdiri diakses 26 Sepember 2020 13.19 Wiryopranoto S. Dkk (2017) Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya” Jakarta. Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan