10/14/20

Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa Wujud Komitmen Yasukda Mengemban Misi Pendidikan Katolik Di Tanah Ngada

.                         Foto insert: Kuliah Umum  Bersama Wagub NTT Yosep A Nae Soi

         Pendidikan merupakan tonggak utama pembentukan peradaban suatu bangsa. Peran pendidikan sangatlah jelas dalam membangun bangsa dengan segala dinamika yang dialaminya. Pendidikan selain sebagai pilar utama dalam mencapai sebuah perubahan (education is agent of change) juga memiliki peran sentral dalam membangun sumber daya manusia (Human resources development). Hal esensial dalam membangun sumber daya manusia adalah menghasilkan generasi yang berakhlak dan berdaya saing. Dalam mewujudkan tekad dan kemajuan pendidikan tentu tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik suatu organisasi sebagai payung hukum institusi pendidikan itu sendiri maupun para pelaku dan pemerhati di bidang pendidikan yang dikembangkanya. Ada begitu banyak wadah yang berperan dalam membangun sumber daya manusia melalui pendidikan, baik organisasi pemerintahan maupun peran lembaga swasta. Tokoh revolusioner Afrika Selatan Nelson Mandela pernah berujar “Pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah dunia”. Maka melalui pendidikanlah berbagai macam persoalan baik masalah gender, kemiskinan, kelaparan, ketimpangan pembangunan dan masalah perdamaian bisa teratasi, “Education is the most powerful weapon which you can to change the world”. Selanjutnya, John Dewey berpendapat bahwa “pendidikan adalah segala sesuatu dengan bersamaan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir dibalik dirinya” (“education is all growing; it has no end beyond itself”). Bercermin dari salah satu Pahlawan Pendidikan Nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan nasional, merumuskan “pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan karakter, kekuatan pikiran batin, intelek dan jasmani anak – anak selaras dengan alam dan masyarakat”.Suhartono Dkk (2017). 

         Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan nasional, Gereja telah menunjukan peran besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam dokumen Gereja “Gaudium et Spes” (GS) dan “ Gravissimum Educationist” (GE) konsili vatikan ke II menegaskan bahwa asas pendidikan kristiani selalu dan harus dikembangkan oleh komisi-komisi pendidikan di lingkungan keuskupan. Hal ini ditunjukan dengan deklarasi tentang pendidikan Kristen, artikel 1 Konsili vatikan II berbunyi“ Semua manusia dari bangsa, lapisan dan usia manapun memiliki martabat pribadi, karena itu mempunyai hak yang tak tergugat akan pendidikan”. Maka dari itu, peran Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang secara eksplisit tersurat dalam Undang – undang Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerderdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, baik bagi masyarakat maupun Negara. Pendidikan formal di lembaga pendidikan Katolik seyogyanya searah dengan visi pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Lembaga pendidikan Katolik senantiasa mewujudkan nilai – nilai luhur yang bersumber dari semangat injili. 

        Penyelenggaraan pendidikan Katolik harus mampu menjawabi kebutuhan masyarakat dalam menempuh layanan pendidikan yang berkualitas. Kehadiran Gereja melalui wadah pendidikan Katolik juga merupakan bagian tak terpisahkan dari karya misa Gereja itu sendiri yakni membina angkatan muda menuju kedewasaan sebagai wujud kehadiran Gereja dalam masyarakat (Gaudium et spes 8). “Sekolah membantu orang tua melaksanakan tanggngjawab atas pendidikan anak-anaknya terutama dan dengan cara dan dalam bentuk pengajaran, dan pada gilirannya pengajaran menjadi unsur penting dalam pendidikan. Lebih lanjut dikatakannya “akan tetapi sekolah bukan hanya mengajar, melainkan juga diharapkan mendidik, tak hanya lewat pengajaran, melainkan sikap hidup, perilaku keteladanan, suasana, kegiatan kemanusiaan dan keagamaan, (Go, 1992,3-4). Peran Yasukda Mengemban Karya Misi Pendidikan Katolik di Tanah Ngada Yayasan Persekolahan Umat Katolik Kabupaten Ngada (Yasukda) dari waktu ke waktu terus mewarnai bingkai perjalanan penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik di tanah Ngada baik dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TKK), Pendidikan Dasar (SD) hingga jenjang pendidikan menengah (SMP/SMA). Di usia emasnya yang jatuh pada 1 Agustus tahun 2012 lalu, Yasukda sebagai wadah organisasi swasta yang menaungi penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) di tanah Ngada terus memenuhi ekspektasi masyarakat melalui karya misi pendidikan salah satunya dengan berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Lembaga pendidikan tinggi ini sebagai wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat yang mencerminkann wajah Gereja yang mendidik. Sejak berdirinya satu abad yang lalu, Yasukda berperan aktif memberi kesaksian karya Gereja serta partisipasi aktif umat Katolik dalam membangun sumber daya manusia Indonesia pada umumnya dan masyarakat Ngada spada khususnya. Wujud komitmen yayasan ini telah membuahan hasil dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 517/m/2020 tentang Ijin Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Berdirinya STIPER Flores Bajawa menunjukan bentuk dukungan moral dan material serta wujud kolaboratif partisipatif yang solid dari pemerintah daerah kabupaten Ngada dan Gereja lokal Keusukupan Agung Ende. Dukungan dan kepercayan yang diberikan pemerintah dan gereja tidak terlepas dari track record Yasukda yang mampu mengelolah lembaga pendidikan Katolik baik jenjang pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah dalam kurun waktu satu abad di tanah Ngada. Ada pun lembaga pendidikan menengah di bawah naungan Yasukda yakni komunitas SMA Swasta Katolik Regina Pacis Bajawa di bawah kepemimpinan Almarhum Rinu Romanus bersama pimpinan Yasukda dan pemerintah daerah kabupaten Ngada menjadi cikal bakal gagasan ide besar agar Yasukda memiliki satu perguruan tinggi yang dinaunginya.

           Komitmen besar yang dirintis bersama ini pada akhirnya Yasukda menjawabi kerinduan masyarakat luas untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Ngada pada khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya melalui penyelenggaraan lembaga pendidikan tinggi. Sejalan dengan slogan STIPER Flores Bajawa “Searching and Serving with Love” menjadi basis penyelengaraan pendidikan tinggi di bidang pertanian yang menjadikannya sebagai laboratorium masyarakat agraris yang berorientasi global dengan mengedepankan nilai-nilai luhur kearifan lokal masyarakat Ngada. Keberadaan STIPER tidak lagi menjadi milik umat Katolik namun diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang guna menopang kemandirian dan kesejahteraan sebagai masyarakat agraris. “Kehadiran STIPER Flores Bajawa di bawah asuhan Yasukda menjadi berkat bagi masyarakat Ngada dan sekitarnya yang merindukan berdirinya perguruan tinggi bidang pertanian” tandas Ketua Yasukda, Romo Silverius Betu, S.Fil.M.Han dalam sambutannya pada acara pengumuman Surat Keputusan (SK) pendirian STIPER-Flores Bajawa (Florespos.co.id 19 Mei 2020). Lembaga Pendidikan Katolik ini memiliki komitmen dan intergritas yang selalu mengedepankan visi karya Gereja melalui pendidikan dengan tetap menjangkau berbagai lapisan, suku, agama, ras, budaya, usia yang memiliki hak asasi untuk mendapatkan layanan pendidikan yang humanis dan bermartabat. Oleh karena itu, STIPER mampu merajut kasih dalam keberagaman (unity in diversity) satu dalam perbedaan. Dengan demikian, Lembaga pendidikan tinggi ini mampu mewujudkan pembentukan martabat generasi muda seutuhnya sehinga menghasilkan generasi yang handal, bermartabat, memiliki kecakapan hidup (life skills) serta berdaya guna bagi masyarakat, Gereja, dan Negara. Oleh karena itu, pendidikan Katolik menunjukan soliditas untuk mengambil bagian dalam membentuk pribadi manusia secara holistik yang terkandung nilai-nilai hidup Kristiani yakni religius, intelektual, emosional, moral dan juga sosial, sebagai wujud tugas perutusan Gereja di tengah tata kehidupan dunia. STIPER Flores Bajawa Mampu Membangun Masyarakat Agraris Bermartabat dan Humanis Potensi besar yang dimiliki Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan Pulau Flores serta kabupaten Ngada khususnya menjadi dasar pijakan pemerintah kabupaten Ngada dan Gereja Keusukupan Agung Ende melalui Yasukda dalam upaya mendirikan STIPER Flores Bajawa. Kabaupaten Ngada sebagai bagian zona intergarsi Provinsi Nusa Tenggara timur yang nota benenya sebagai provinsi kepulauan memiliki potensi menjanjikan baik di bidang pertanian maupun peternakan.. Secara historis pulau Flores secara etimologis berasal dari bahasa Portugis yaitu “ Cabo de flores” yang berarti “Tanjung Bunga” dan dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh gubernur jendaral Hindia Belanda, Hendrik Brouwer. Nama ini juga melalui sebuah studi yang mendalam oleh Orinbao (1969) mngungkapkan nama asli pulau Flores adalah Nusa Nipa (pulau ular) dan dari sudut antropologi, pulau Flores mengandung makna filosofis, kultural, dan tradisi ritual masyarakat Flores. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores). Dalam kaitannya dengan potensi alam yang menjanjikan, salah satunya adalah Kabupaen Ngada. Ngada merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan Ibu kota kabupaten Bajawa dengan luas wilayah1.621 km2 dengan jumlah penduduk 162.299 jiwa (2018). Masyarakat kabupaten Ngada adalah masyarakat agraris. Kurang lebih masyarakatnya bergerak di sector pertanian. Secara polivalen atau usaha pertanian rakyat campuran meliputi usaha pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan dan peternakan (https:portal.ngadakab.go.id/pertanian)

        Dari gambaran di atas menunjukan bahawa potensi lokal kabupaten Ngada yang luar biasa harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia agraris yang berwawasan global dan salah satunya melalui wadah pendidikan tinggi yang fokus perhatiannya pada bidang pertanian. Maka dari itu, kehadiran STIPER Flores Bajawa merupakan oase yang dapat memacu angka partisipasi masyarakat Ngada dan Flores pada umumnya yang kategori masyarakat menengah ke bawah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi dengan asas keterjangkauan akses pendidikan bagi semua kalangan. Hal ini ditegaskan oleh Ketua STIPER Flores Bajawa, Dr. Niko Noy Wuli dalam sambutannya pada acara pengumuman Surat Keputusan Pendirian STIPER Flores Bajawa “STIPER Flores Bajawa hadir sebagai laboratorium peradaban masyarakat agraris melalui program sarjana prodi agroteknologi dan peternakan yang didesain melalui perpaduan kurikulum berbasis IPTEK dan vokasi, dikelola oleh SDM Doktor dan Magister, dengan prinsip good university governance yang humanis dan berkarakter Nusa Tenggara” (Indonesiasatu.co 20 Mei 2020). Komitmen penyelenggaraan pendidikan yang pro humanis merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat melalui lembaga pendidikan Katolik. Hal ini dipertegas oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Visentius Sensi Potokota, Pr dalam sambutannnya pada misa pembukaan tahun akademik 2020-2021 bahwa “kehadiran STIPER Flores Bajawa merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat. Jadikanlah STIPER sebagai pengejawantahan wajah Gereja lokal Keuskupan Agung Ende dalam membangun dunia melalui sektor pendidikan. Kita yakin Yasukda sebagai payung hukum lembaga pendidikan tinggi ini memiliki mimpi besar guna memngemban misi karya pewartaan Gereja melalui pendidikan tinggi, serta mampu memberi warna bagi umat Katolik Keuskupan Agung Ende secara khusus dan masyarakat NTT pada umumnya. STIPER Flores Bajawa juga diharapkan menjadi lembaga pendidikan tinggi yang membawa misi kemanusiaan di tengah perubahan zaman yang penuh tantangan sebagai gereja yang mendidik di tengah umat demi mewujudkan kesejahteraan bersama (Bonum Commune)”***

Oleh; Siprianus Wara 

(Staf Pengajar STIPER-FB)

   

                                                               Sumber Bacaan

Banawiratma, J.B (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius Ejournal.unida.gontor.ac.id Konsep pendidikan menurut John Dewey diakses 25 September pada pukul 12.28 Garavissimus Educationist dan Gaudium et Spes https://Komkat.kwi-org/2015/01/28/Pernyataan-konsili-vatikan-iitentangpendidikankristen-gravissimumeducationist diakses 26 September 2020.12.03 Go, P. (1991) Pastoral Sekolah. Malang. Dioma Indonesiasatu.co 20 Mei 2020 Terima SK Mendikbud, STIPER Flores Bajawa Resmi Berdiri diakses 26 Sepember 2020 13.19 Wiryopranoto S. Dkk (2017) Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya” Jakarta. Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

No comments: