Pendidikan merupakan tonggak utama pembentukan peradaban
suatu bangsa. Peran pendidikan sangatlah jelas dalam membangun bangsa
dengan segala dinamika yang dialaminya. Pendidikan selain sebagai pilar utama
dalam mencapai sebuah perubahan (education is agent of change) juga memiliki
peran sentral dalam membangun sumber daya manusia (Human resources development).
Hal esensial dalam membangun sumber daya manusia adalah menghasilkan generasi
yang berakhlak dan berdaya saing. Dalam mewujudkan tekad dan kemajuan pendidikan
tentu tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik suatu organisasi sebagai
payung hukum institusi pendidikan itu sendiri maupun para pelaku dan pemerhati
di bidang pendidikan yang dikembangkanya. Ada begitu banyak wadah yang berperan
dalam membangun sumber daya manusia melalui pendidikan, baik organisasi
pemerintahan maupun peran lembaga swasta. Tokoh revolusioner Afrika Selatan
Nelson Mandela pernah berujar “Pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah
dunia”. Maka melalui pendidikanlah berbagai macam persoalan baik masalah gender,
kemiskinan, kelaparan, ketimpangan pembangunan dan masalah perdamaian bisa
teratasi, “Education is the most powerful weapon which you can to change the
world”. Selanjutnya, John Dewey berpendapat bahwa “pendidikan adalah segala
sesuatu dengan bersamaan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan
akhir dibalik dirinya” (“education is all growing; it has no end beyond
itself”). Bercermin dari salah satu Pahlawan Pendidikan Nasional yang juga
merupakan Bapak Pendidikan nasional, merumuskan “pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan karakter, kekuatan pikiran batin, intelek dan jasmani anak –
anak selaras dengan alam dan masyarakat”.Suhartono Dkk (2017).
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan nasional, Gereja telah
menunjukan peran besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam
dokumen Gereja “Gaudium et Spes” (GS) dan “ Gravissimum Educationist” (GE)
konsili vatikan ke II menegaskan bahwa asas pendidikan kristiani selalu dan
harus dikembangkan oleh komisi-komisi pendidikan di lingkungan keuskupan. Hal
ini ditunjukan dengan deklarasi tentang pendidikan Kristen, artikel 1 Konsili
vatikan II berbunyi“ Semua manusia dari bangsa, lapisan dan usia manapun
memiliki martabat pribadi, karena itu mempunyai hak yang tak tergugat akan
pendidikan”. Maka dari itu, peran Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) selaras
dengan tujuan pendidikan nasional yang secara eksplisit tersurat dalam Undang –
undang Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerderdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, baik bagi masyarakat
maupun Negara. Pendidikan formal di lembaga pendidikan Katolik seyogyanya
searah dengan visi pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia. Lembaga pendidikan Katolik senantiasa
mewujudkan nilai – nilai luhur yang bersumber dari semangat injili.
Penyelenggaraan pendidikan Katolik harus mampu menjawabi kebutuhan masyarakat
dalam menempuh layanan pendidikan yang berkualitas. Kehadiran Gereja melalui
wadah pendidikan Katolik juga merupakan bagian tak terpisahkan dari karya misa
Gereja itu sendiri yakni membina angkatan muda menuju kedewasaan sebagai wujud
kehadiran Gereja dalam masyarakat (Gaudium et spes 8). “Sekolah membantu orang
tua melaksanakan tanggngjawab atas pendidikan anak-anaknya terutama dan dengan
cara dan dalam bentuk pengajaran, dan pada gilirannya pengajaran menjadi unsur
penting dalam pendidikan. Lebih lanjut dikatakannya “akan tetapi sekolah bukan
hanya mengajar, melainkan juga diharapkan mendidik, tak hanya lewat pengajaran,
melainkan sikap hidup, perilaku keteladanan, suasana, kegiatan kemanusiaan dan
keagamaan, (Go, 1992,3-4). Peran Yasukda Mengemban Karya Misi Pendidikan Katolik
di Tanah Ngada Yayasan Persekolahan Umat Katolik Kabupaten Ngada (Yasukda) dari
waktu ke waktu terus mewarnai bingkai perjalanan penyelenggaraan Lembaga
Pendidikan Katolik di tanah Ngada baik dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TKK),
Pendidikan Dasar (SD) hingga jenjang pendidikan menengah (SMP/SMA). Di usia
emasnya yang jatuh pada 1 Agustus tahun 2012 lalu, Yasukda sebagai wadah
organisasi swasta yang menaungi penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK)
di tanah Ngada terus memenuhi ekspektasi masyarakat melalui karya misi
pendidikan salah satunya dengan berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores
Bajawa (STIPER-FB). Lembaga pendidikan tinggi ini sebagai wujud kehadiran Gereja
di tengah masyarakat yang mencerminkann wajah Gereja yang mendidik. Sejak
berdirinya satu abad yang lalu, Yasukda berperan aktif memberi kesaksian karya
Gereja serta partisipasi aktif umat Katolik dalam membangun sumber daya manusia
Indonesia pada umumnya dan masyarakat Ngada spada khususnya. Wujud komitmen
yayasan ini telah membuahan hasil dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 517/m/2020 tentang Ijin
Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Berdirinya
STIPER Flores Bajawa menunjukan bentuk dukungan moral dan material serta wujud
kolaboratif partisipatif yang solid dari pemerintah daerah kabupaten Ngada dan
Gereja lokal Keusukupan Agung Ende. Dukungan dan kepercayan yang diberikan
pemerintah dan gereja tidak terlepas dari track record Yasukda yang mampu
mengelolah lembaga pendidikan Katolik baik jenjang pendidikan dasar dan juga
pendidikan menengah dalam kurun waktu satu abad di tanah Ngada. Ada pun lembaga
pendidikan menengah di bawah naungan Yasukda yakni komunitas SMA Swasta Katolik
Regina Pacis Bajawa di bawah kepemimpinan Almarhum Rinu Romanus bersama pimpinan
Yasukda dan pemerintah daerah kabupaten Ngada menjadi cikal bakal gagasan ide
besar agar Yasukda memiliki satu perguruan tinggi yang dinaunginya.
Komitmen
besar yang dirintis bersama ini pada akhirnya Yasukda menjawabi kerinduan
masyarakat luas untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Ngada pada
khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya melalui penyelenggaraan
lembaga pendidikan tinggi. Sejalan dengan slogan STIPER Flores Bajawa “Searching
and Serving with Love” menjadi basis penyelengaraan pendidikan tinggi di bidang
pertanian yang menjadikannya sebagai laboratorium masyarakat agraris yang
berorientasi global dengan mengedepankan nilai-nilai luhur kearifan lokal
masyarakat Ngada. Keberadaan STIPER tidak lagi menjadi milik umat Katolik namun
diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang guna
menopang kemandirian dan kesejahteraan sebagai masyarakat agraris. “Kehadiran
STIPER Flores Bajawa di bawah asuhan Yasukda menjadi berkat bagi masyarakat
Ngada dan sekitarnya yang merindukan berdirinya perguruan tinggi bidang
pertanian” tandas Ketua Yasukda, Romo Silverius Betu, S.Fil.M.Han dalam
sambutannya pada acara pengumuman Surat Keputusan (SK) pendirian STIPER-Flores
Bajawa (Florespos.co.id 19 Mei 2020). Lembaga Pendidikan Katolik ini memiliki
komitmen dan intergritas yang selalu mengedepankan visi karya Gereja melalui
pendidikan dengan tetap menjangkau berbagai lapisan, suku, agama, ras, budaya,
usia yang memiliki hak asasi untuk mendapatkan layanan pendidikan yang humanis
dan bermartabat. Oleh karena itu, STIPER mampu merajut kasih dalam keberagaman
(unity in diversity) satu dalam perbedaan. Dengan demikian, Lembaga pendidikan
tinggi ini mampu mewujudkan pembentukan martabat generasi muda seutuhnya sehinga
menghasilkan generasi yang handal, bermartabat, memiliki kecakapan hidup (life
skills) serta berdaya guna bagi masyarakat, Gereja, dan Negara. Oleh karena itu,
pendidikan Katolik menunjukan soliditas untuk mengambil bagian dalam membentuk
pribadi manusia secara holistik yang terkandung nilai-nilai hidup Kristiani
yakni religius, intelektual, emosional, moral dan juga sosial, sebagai wujud
tugas perutusan Gereja di tengah tata kehidupan dunia. STIPER Flores Bajawa
Mampu Membangun Masyarakat Agraris Bermartabat dan Humanis Potensi besar yang
dimiliki Provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan Pulau Flores serta
kabupaten Ngada khususnya menjadi dasar pijakan pemerintah kabupaten Ngada dan
Gereja Keusukupan Agung Ende melalui Yasukda dalam upaya mendirikan STIPER
Flores Bajawa. Kabaupaten Ngada sebagai bagian zona intergarsi Provinsi Nusa
Tenggara timur yang nota benenya sebagai provinsi kepulauan memiliki potensi
menjanjikan baik di bidang pertanian maupun peternakan.. Secara historis pulau
Flores secara etimologis berasal dari bahasa Portugis yaitu “ Cabo de flores”
yang berarti “Tanjung Bunga” dan dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh
gubernur jendaral Hindia Belanda, Hendrik Brouwer. Nama ini juga melalui sebuah
studi yang mendalam oleh Orinbao (1969) mngungkapkan nama asli pulau Flores
adalah Nusa Nipa (pulau ular) dan dari sudut antropologi, pulau Flores
mengandung makna filosofis, kultural, dan tradisi ritual masyarakat Flores.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores). Dalam kaitannya dengan potensi
alam yang menjanjikan, salah satunya adalah Kabupaen Ngada. Ngada merupakan
salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia dengan Ibu kota kabupaten Bajawa dengan luas
wilayah1.621 km2 dengan jumlah penduduk 162.299 jiwa (2018). Masyarakat
kabupaten Ngada adalah masyarakat agraris. Kurang lebih masyarakatnya bergerak
di sector pertanian. Secara polivalen atau usaha pertanian rakyat campuran
meliputi usaha pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan dan
peternakan (https:portal.ngadakab.go.id/pertanian).
Dari gambaran di atas
menunjukan bahawa potensi lokal kabupaten Ngada yang luar biasa harus diimbangi
dengan peningkatan sumber daya manusia agraris yang berwawasan global dan salah
satunya melalui wadah pendidikan tinggi yang fokus perhatiannya pada bidang
pertanian. Maka dari itu, kehadiran STIPER Flores Bajawa merupakan oase yang
dapat memacu angka partisipasi masyarakat Ngada dan Flores pada umumnya yang
kategori masyarakat menengah ke bawah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
tinggi dengan asas keterjangkauan akses pendidikan bagi semua kalangan. Hal ini
ditegaskan oleh Ketua STIPER Flores Bajawa, Dr. Niko Noy Wuli dalam sambutannya
pada acara pengumuman Surat Keputusan Pendirian STIPER Flores Bajawa “STIPER
Flores Bajawa hadir sebagai laboratorium peradaban masyarakat agraris melalui
program sarjana prodi agroteknologi dan peternakan yang didesain melalui
perpaduan kurikulum berbasis IPTEK dan vokasi, dikelola oleh SDM Doktor dan
Magister, dengan prinsip good university governance yang humanis dan berkarakter
Nusa Tenggara” (Indonesiasatu.co 20 Mei 2020). Komitmen penyelenggaraan
pendidikan yang pro humanis merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah
masyarakat melalui lembaga pendidikan Katolik. Hal ini dipertegas oleh Bapak
Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Visentius Sensi Potokota, Pr dalam sambutannnya
pada misa pembukaan tahun akademik 2020-2021 bahwa “kehadiran STIPER Flores
Bajawa merupakan wujud kehadiran Gereja di tengah masyarakat. Jadikanlah STIPER
sebagai pengejawantahan wajah Gereja lokal Keuskupan Agung Ende dalam membangun
dunia melalui sektor pendidikan. Kita yakin Yasukda sebagai payung hukum lembaga
pendidikan tinggi ini memiliki mimpi besar guna memngemban misi karya pewartaan
Gereja melalui pendidikan tinggi, serta mampu memberi warna bagi umat Katolik
Keuskupan Agung Ende secara khusus dan masyarakat NTT pada umumnya. STIPER
Flores Bajawa juga diharapkan menjadi lembaga pendidikan tinggi yang membawa
misi kemanusiaan di tengah perubahan zaman yang penuh tantangan sebagai gereja
yang mendidik di tengah umat demi mewujudkan kesejahteraan bersama (Bonum
Commune)”***
Oleh; Siprianus Wara
(Staf Pengajar STIPER-FB)
Sumber Bacaan
Banawiratma, J.B (1991). Iman, Pendidikan dan
Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius Ejournal.unida.gontor.ac.id Konsep
pendidikan menurut John Dewey diakses 25 September pada pukul 12.28 Garavissimus
Educationist dan Gaudium et Spes
https://Komkat.kwi-org/2015/01/28/Pernyataan-konsili-vatikan-iitentangpendidikankristen-gravissimumeducationist
diakses 26 September 2020.12.03 Go, P. (1991) Pastoral Sekolah. Malang. Dioma
Indonesiasatu.co 20 Mei 2020 Terima SK Mendikbud, STIPER Flores Bajawa Resmi
Berdiri diakses 26 Sepember 2020 13.19 Wiryopranoto S. Dkk (2017) Ki Hajar
Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya” Jakarta. Museum Kebangkitan Nasional
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No comments:
Post a Comment