12/27/23

"Life Starts At Forty"

VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano

Foto insert: Koleksi Pribadi
  

"Life Begins At Forty" oleh Walter B. Pitkin dalam bukunya Self-help. Ungkapan tua ini menggambarkan bahwa kehidupan sesungguhnya dimulai pada usia 40 tahun. Dalam nada syukur dan harapan melalui perayaan natal tahun 2023 tentu hidup ini merupakan sebuah perjalanan. Hari ini, 26 Desember 2023 bersamaan dengan pesta St. Stefanus menyadarkan saya bahwa hidup harus dimaknai sebagai perjuangan dan perziarahan. Dalam momen penuh berkat sesunghuhnya hidup yang tengah dijalani memiliki beraneka warna hidup dimana ada suka, ada duka, ada juga putus asa namun juga ada harapan. Amatlah tepat ada ungkapan manusia adalah mahkluk peziarah (Homo Viator).

Bagi saya sebagai pribadi peziarah tentu mengalami jatuh bangun dalam hidup baik kehidupan keluarga, di lingkungan kerja (sekolah) kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ada begitu banyak kisah hidup yang tak dapat dikisahkan namun semuanya dapar menjadi pembelajaran yang harus dijalani dalam hidup baik secara pribadi maupun dalam keluarga serta komunitas. Perziarahan hidup akan bermakna jika mampu melewati setiap  tantangan bukan sebaliknya atau menjauh dari kenyataan atau getirnya hidup.

Momen mengenang hari kelahiran yang selalu dialami di penghujung tahun ini dapat saya jadikan sebagai momentum untuk merefleksikan perziarahan hidup yang tengah saya jalani. Banyak orang memandang bahwa usia hanyalah angka belaka namun hal ini menjadi dorongan agar bisa berkomitmen untuk menjadi baik dan bijak. Usia bertambah merupakan kodrat yang harus dijalani namun kebajikan dan kebaikan adalah sebuah pilihan. Maka hidup selain sebuah perziarahan namun juga sebagai pilihan.***


9/25/23

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.a.8 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN OLEH SIPRIANUS WARA, M.Pd CGP A8 SMAS REGINA PACIS BAJAWA


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.a.8 
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
OLEH SIPRIANUS WARA, M.Pd CGP A8
SMAS REGINA PACIS BAJAWA

Dalam proses pembelajaran Modul 3.1 berkaitan dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Bagi Seorang Pemimpin Pembelajaran mengelaborasi dari 10 pertanyaan penuntun yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam merumuskan relevansi antar modul yang satu dengan modul yang lainnya dalam bentuk sistesi sehingga menjadi sebuah artikel yang padu dan utuh. 

Bagian Pertama,memepertegas pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi pendidikan yang di kenal dengan Pratap Triloka; Ing Ngarsa Sung tulada, Ing Madya Mangukarsa, Tutu Wuri Handayani bahwa sesungguhnya seorang pemimpin pembelajaran harus menganut Triloka ini di mana di depan memberikan teladan, di tengah memberikan motivasi dan di belakang memberikan dukungan sehingga terwujudnya tujuan pendidikan yang berpihak pada murid. Pendidikan adalah sebuah tuntunan di mana murid tumbuh dengan segala potensi dirinya yang telah memiliki garis-garis samar sehingga guru sebagai pendidik menebalkan garis samar tersebut sesuai dengan kodrat murid baik kodrat alam dan juga kodrat zaman. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan universal. Oleh karena itu keputusan yang diambil harus dilandasi atas kesadaran penuh dari seorang pemimpin pembelajaran sungguh memerdekakan murid sebagai pribadi yang merdeka dan bertanggungjawab atas diri dan masa depannya. 

Bagian kedua, Setiap nilai yang ada dalam setiap pribadi  guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip pada setiap keputusan yang kita ambil. Pada dasarnya adalah setiap keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpim pembelajaran tentu didasari pada keberpihakan pada murid. Keputusan yang diambil harus senantiasa mempertimbangkan prinsip dan nilai kebajikan universal. Guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat berperan dan berdampak pada setiap keputusan yang diambilnya. Maka dari itu nilai dan prinsip yang dianut oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh pada setiap keputusan yang diambilnya. Seorang pemimpin pembelajaran hendaknya selalu kreatif, inovatif dan mendorong terciptanya budaya posited daalam dirinya shingga setiap keputusan yang diambil sungguh berpihak pada murid dan lingkungan belajarnya. . Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Bagian ketiga, Kegiatan terbimbing yang dilakukan dalam kaitannya dengan modul coaching dan pengambilan keputusan berbasis nilai seorang pemimpin pembelajaran baik berkaitan dengan pendamping pengajar praktik dan juga fasilitator dalam berproses dalam memahami modul dan bagaiman dapat menguji setiap keputusan yang diambil. Pengambilan keputusan yang telah dibuat dapat dianggap efektif atau kerap kali masih ada pertanyaan dalam diri namun hal ini dapat dialami dalam kegiatan coaching pada modul 2.3 berkaitan dengan praktif coaching. Pendasaran coaching merupakan keterampilan untuk memaksimalkan potensi seorang coachee dan searang coach tentu memiliki kreativitas agar tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan coaching dapat tercapai. Proses coaching yang dilakukan mengikuti tahapan alur TIRTA yakni menetapkan Tujuan, Indentifikasi, Rencana Aksi, Tanggungjawab. Alur TIRTA sangat relevan dengan 9 langkah pengambilan keputusan karena di dalamnya berkaitan dengan pengambilan keputusan dan menguji keputusan yang telah diambil. Dalam kegiatan pendampingan bersama Pendamping Praktik dan juga Fasilitator mendorong saya untuk melakukan praktik pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan dalam pembelajaran dan juga dalam persoalan yang dialami dalam komunitas. Alur TIRTA dikenal juga dengan GROW dimana Goal, (tujuan) merupakan hal yang ingin dicapai oleh coachee, Reality (hal-hal nyata) merupakan hal yang dapat dilakukan dengan menggali segala yang dimiliki oleh coachee. option,(pilihan) merupakan coachee bisa memilih hal-hal yang dapat dijadikanpedoman dalam kaitan rencana aksi. Will (keinginan untuk maju) merupakan komitmen coachee untuk menjalankan rencana aksinya.

Bagian keempat, berkaitan dengan kesadaran akan keadaan sosial emosionalnya yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Maka proses coaching dan pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan kompetensi pembelajaran sosial emosional (PSE) seorang pemimpin pembelajaran.Seorang pemimpin pembelajaran senantiasa memahami dan dapat menggali peotensi yang dimiliki oleh setiap murid. Maka dari itu kompetensi sosial dan emosional sangat berperan dalam pengambilan keputusan baik dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas atau kegiatan pembinaan lainnya di luar kelas. 

Bagian kelima, berkaitan dengan pembahasan studi kasus yang berkaitan dengan masalah dilemma etika atau bujukan moral yang dilandasi pada setiap nilai yang kita anut dalam pengambilan keputusan.  Dalam menghadapi berbagai persoalan atau kasus yang dihadapi baik berkaitan dengan dilemma etika dan bujukan moral maka sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memaknai dan mampu menganalisis setiap persoalan yang dihadapi.  Maka dari itu setiap keputusan sangatlah berpengaruhi oleh kompetensi sosial dan emosional yang dimilikinya.  Dalam kaitannya dengan nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak tentu memampukan guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab dan sunggh berpihak pada murid. 

Bagian keenam, terkait pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentu dalam pengambilan keputusan sangat mempertimbangkan 9 langkah pengambilan keputusan dan tentu mempertimbangkan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Dengan demikian segala keputusan berpihak pada lingkungan yang dapat bertumbuh kea rah positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga terciptalah lingkungan yang positif dan bertanggungjawab. 

Bagian ketujuh, kesulitan atau tantangan di lingkungan dimana saya menjalani tugas dan peran sebagai pemimpin pembelajaran terkait pengambilan keputusan dalam kasus dilemma etika, dan apakan ini berkaitan dengan perubahan paradigm di lingungan atau komunitas saya? Bagi saya sebagai pemimpin pembelajaran tentu segala persoalan sering ditemui dan ini membutuhkan komitmen dan gerakan bersama agar segala keputusan yang diambil berlandaskan pada prinsip keberpihakan pada murid. Dalam kaitannya perubahan paradigm tentu harus memiliki perluasan lingkungan pengaruh agar dalam menjalani keputusan bersama dapat dilaksanakan secara komitmen dan berkelanjutan. 

Bagian depalan, pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan kaitannya dengan memerdekakan murid – murid sungguh sangat dialami. Dalam praktiknya bahwa setiap keputusan sesungguhnya agar berpihak pada murid dan meminimalisir keputusan yang kurang berpihak pada murid sehingga filosofi pendidikan, proses coaching serta pengambilan keputusan yang berbasis pada murid sunggug dialami oleh murid dan lingkungannya dengan demikian budaya positif dapat terwujud.

Bagian kesembilan, seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peran sentral atas segala keputusan yang diambilnya. Setiap keputusan yang diambil harus didasari atas nilai kebajikan universal sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan motivasi internal dalam diri siswa agar dengan merdeka dan bertanggungjawab untuk belajar demi diri dan masa depannya. Maka sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi agar kebutuhan belajar murid sungguh dapat terpenuhi baik konten, proses serta produk. 

Bagian kesepuluh berkaitan dengan  rumusan kesimpulan yang dapat dirumuskan berkaitan dengan uraian di atas.  Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai pendidikan yang menuntun kemerdekaan belajar murid agar dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidupnya. Murid adalah pribadi yang memiliki potensi dan sebagai agen perubahan. Pola pendidikan yang dijalani harus sungguh sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.  Guru seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki komitmen dan peran yang kuat sesuai dengan nilai dan perannya sebagai guru. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus mampu melakukan praktik coaching dan memiliki kesadaran penuh dengan segala kematangan dan kompetensi sosial dan emosional sehingga keputusan yang diambil sungguh berpihak pada murid.  Dalam pengambilan keputusan harus berlandaskan pada 4 paradigma dan 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan. Oleh karena itu segala keputusan yang dijalankan oleh seorang guru sebagai pengambilan keputusan harus didasarkan pada kebajikan universal sebagai landasan sebagai seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bertanggungjawab dan sungguh berpihak pada murid. 

.

8/14/23

Rekoleksi Bagi Para Guru Pegawai Paguyuban Regina Pacis Bajawa

VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano

"Ya Bunda,Padamu Kucari Perlindungan"
Tema kegiatan rekoleksi bagi para suster FMM, Bapak/Ibu guru dan pegawai dari Tingkat TKK, SD, SMP, SMA Regina Pacis Bajawa di bawah naungan Bunda Maria Regina Pacis melaksanakan kegitan rekoleksi menyongsong Pesta pelindung sekolah yakni Bunda Maria Ratu Damai pada Pesta Maria diangkat ke surga yang dirayakan pada 15 Agustus 2023 dan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pancawindu (40) tahun SMAS Regina Pacis Bajawa.

Kegiatan rekoleksi yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ngada Romo Silverius Betu, Pr. M.Han yang membuka kegiatan rekoleksi dengan merenungkan perikop yang diambil dari injil Lukas 1:39-56 tentang Maria Mengunjungi Elisabet saudaranya. Maria menunjukan keterbukaan dirinya untuk bersukacita dalam iman dan berbagi kasih bersama Elisabet saudaranya. Demikian juga kita hendaklah berbagi kasih dengan sesama saudara, siswa/i atau dalam keluarga dan juga komunitas kita yaitu komunitas Regina Pacis.

Dalam permenungan rekoleksi para para Suster, para guru dan pegawai berkesempatan untuk mendalami perikop dan secara spontan berbagi pengalaman iman dalam kaitannya dengan perikop yang direnunginya. Semua peserta secara sadar dan terbuka untuk berbagi pengalaman imannya dalam konteks ke kehidupan kesehariannya. 

Pada kesempatan ini RD Sil selaku pemberi rekoleksi mengajukan pertanyaan reflektif mengapa paguyuban kita memilih Bunda Maria Regina Pacis? Hal yang menjadi keutamaan gelar Maria Regina Pacis adalah kegembiraan dan sukacita dalam iman. Bersukacitalah dan bergembiralah menjadi guru dan pegawai pada pagyuban ini atau dalam komunitas kita. 

"Kita sebagai bagian dari paguyuban Regina Pacis sungguh meneladani teladan hidup Maria yang diliputi dengan kesederhanaan dan kerendahan hati" Lanjut RD Sil. Kita harus menghayati cara hidup Maria dalam diri kita, keluarga serta di komunitas kita. Maria adalah pribadi yang memasrahkan hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan. Maka kesederhaan inilah maka sejak Yesus putranya yang lahir di kandang hina memberikan pesan bahwa keselamatan merupakan milik semua orang tanpa adanya batasan status sosial, kaya dan miskin atau orang biasa dan terpandang. 

Memaknai ketaatan Maria dalam konteks kita dalam komunitas bahwa ketaatan dan kepatuhan kita dalam menjalani kedisiplinan diri dan mendisiplinkan komunitas kita. "Kepala sekolah,para guru dan pegawai hendaknya memaknai sungguh terkait disiplin di sekolah. Jika kepala sekolah,guru/pegawai mempermainkan dengan disiplin di sekolah maka siswa/i akan mempermainkan disiplin".Maka keteladanan dan tuntunan bagi siswa/i kita" Tandas RD Sil. Jadikanlah pembawa damai bagi semua orang walaupun dalam keterbatasan kita. 



8/04/23

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI ANTARA SOLUSI DAN TANTANGAN

VOXRATEWATI.Com. By Wara Cypriano

             PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI ANTARA  SOLUSI DAN TANTANGAN

OLEH SIPRIANUS WARA
CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 8 KABUPATEN NGADA


Foto Insert: www.Google.com


PENDAHULUAN
         Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tentu memiliki segudang strategi yang bisa diterapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Kegiatan pembelajaran yang dijalankan tentu sebagai upaya untuk mewujudkan kebebasan siswa untuk belajar dan mempelajari hal yang berkaitan dengan kesiapan dan minat belajarnya.Namun faktanya bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda. Hal ini tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka akan mengalami yang namanya kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya yang dapat ditunjukkan oleh murid tersebut.

        Kenyataan lain juga menunjukan bahwa kita tidak bisa dipungkiri bahwa penerapan pembelajaran masih perlu diperbaiki dari waktu-ke waktu. Maka dalam artikel ini dijabarkan pemahaman berkaitan dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang diapandang; apakah sebuah solusi atau malah menjadi tantangan bagi guru itu sendiri?. 
Dalam penjabarannya pada Standar Kompetensi Lulusan dijelaskan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik pada akhir jenjang pendidikan tertentu baik pendidikan dasar atau menengah. Kompetensi lulusan ini merupakan profil dari kualifikasi lulusan yang dapat diwujudkan dalam diri peserta didik dan merupakan manifestasi dari apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. 

        Dalam upaya untuk mewujudkan profil kualifikasi lulusan seperti yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Salah satu langkah yang dapat diambil oleh guru melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini memungkinkan guru untuk memaksimalkan potensi peserta didik dengan meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap) melalui proses identifikasi kebutuhan belajar murid yang tepat. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Melalui pembelajaran berdiferensiasi bahwa dipandang perlu dimana tidak hanya murid yang berkembang potensinya secara maksimal, namun proses pembelajaran juga akan lebih memberikan banyak ruang bagi murid untuk membuat dan menentukan pilihan, sehingga proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan dan benar-benar menjawabi kebutuhan belajar murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 

PEMBAHASAN

Pembelajaran Berdiferensiasi

        Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mix Ability Classroom mendasari bahwa ada tiga kategori kebutuhan belajar murid yang meliputi aspek kesiapan belajar (readiness), minat murid (students interest) serta profil belajar murid (students learning profile). Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. 
     Pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah strategi pembelajaran yang memebrikan keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan segala potensi dirinya sesuai dengan kesiapan, minat serta profil belajar murid dimana adanya serangkaian keputusan logis yang dilakukan oleh guru untuk menjawabi kebutuhan belajar murid sesuai dengan potensi dan minat belajarnya masing-masing. Pembnelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten. Metode ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran


Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki karakteristik meliputi:1) lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefenisikan secara jelas, 2) guru menanggapi kebutuhan belajar murid, 3) terdapat penilaian yang berkelanjutan dan penilaian menjadi kunci pembelajaran berdiferensiasi, 4) manajemen kelas yang efektif dan guru menerapkan beragam cara agar murid dapat mengoptimalkan kemampuannya untuk belajar. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1.Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
2.Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3.Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
4.Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5.Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Diferensiasi Konten

Diferensiasi konten dimana guru diberikan keleluasaan untuk menentukan materi dan juga sumber materi sesuai dengan minat belajar siswa dan para siswa memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya dalam belajar.  Sumber, dan bahan belajar dapat berupa artikel, koran, tautan materi, video, poster digital yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa.

Diferensiasi Proses

Diferensiasi proses dimana guru memberikan kebebebasan pada peserta didik untuk mengelolah sumber daya yang dimilikinya mulai dari menyusun rencana, melaksanakan kegiatan, menghasilkan karya serta mengevaluasinya. 
Bentuk peran guru adalah mengoptimalkan segala minat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat belajar secara bebas dan sadar sesuai minat dan profil belajarnya sendiri. Diferensiasi produk merupakan bentuk tagihan atau karya yang dihasilkan dalam beraneka bentuk sesuai minat dan kesiapan belajar murid. Produk ini beragam jenisnya karena aktivitas serta perlakukan juga yang beragam. Guru dapat melibatkan rekan sejawatnya atau orang tua untuk menilai produk baik berkaitan dengan keterampilan namun secara kognitif dan afeksi bisa dilakukan oleh guru sendiri. 

Diferensiasi Produk

Maka dalam diferensiasi produk dapat dihasilkan oleh siswa dalam beragam bentuk bisa berupa bentuk presentasi, video presentasi, foto dokumentasi atau pun dalam bentuk audio atau berupa voice note sesuai minat dan kesiapan serta profil belajar siswa. Maka walaupun strategi diferensiasi baik secara konten, proses serta produk dalam beragam bentuk yang dihasilkan namun guru memiliki acuan penilaian yang beragam pula yang meliputi penilaian pengetahuan, sikap serta keterampilan. 

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Solusi

  Pembelajaran diferensiasi membantu guru memperoleh gambaran berkaitan karakteristik masing-masing siswa melalui pengamatan berkaitan dengan minat, gaya belajar ataupun perilakunya secara berkelanjutan. 
Guru akan menemukan siswa memiliki minat dalam visual, audio atau kinestetik. Selain itu guru memiliki beragam strategi melalui pengajuan pertanyaan pemantik untuk mengetahui minat dan kesiapan belajar siswa. Maka dari itu strategi pembelajaran berdiferensiasi memberikan solusi bagi guru dalam memperbaiki penerapan pembelajaran siswa untuk memenuhi kebutuhan belajarnya masing-masing.  
      Melalui pembelajaran berdiferensiasi sikap toleransi akan terbangun pada guru untuk tidak membatasi bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Selain itu siswa akan lebih aktif dan kreatif serta inovatif karena dirinya memiliki keleluasaan untuk menentukan pilihan belajarnya sendiri. 

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Tantangan 

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi bukan merupakan hal yang mudah. Ini merupakan bagian dari tantangan bagi guru untuk memaksimalkan potensi dirinya dan juga karakteristik lingkungan belajar siswa, kesiapan serta minat belajar siswa itu sendiri. 
         Di sisi lain penerapan pembelajaran berdiferensiasi menuntut guru untuk lebih kreatif, mendayagunakan sumber daya yang ada melalui tahap berbagai  persiapan pembelajaran baik konten, proses maunpun juga produk. Hal penting lainnya adalah bagaimana guru mempersiapakan assesmen yang sesuai dengan tagihan yang diminta pada siswa.  

Penerapan Pembelajaran Diferensiasi Dalam Pembelajaran (Di Kelas)

  Penerapan pembelajaran berdiferensiasi bukan bermaksud penerapan pemebalajaran dengan memberikan perlakuan secara berbeda bagi setiap siswa atau membedakan tugas atau pembelajaran bagi murid yang kemampuan baik atau kemampuan belajarnya yang lambat, bukan demikian penerapannya namun bagaimana segala keputusan dan strategi yang diambil guru untuk memenuhi semua kebutuhan belajar murid sesuai karakteristik yang didapatkan dalam kelas. 
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas maka guru harus melakukan hal berikut: 1) Menentukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat belajar,serta profil belajar murid. Pemetaan bisa dilakukan melalui interview, observasi atau survey, angket. 2) Merencanakan pembelajaran sesuai pemetaan yang telah dilakukan dengan memberikan pilihan materi, atau cara belajar murid. 3) Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang berlangsung.
Relevansi Pembelajaran Berdiferensiasi Terhadap Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru, Visi Guru serta Budaya Positif 
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi memiliki keterkaitan akan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dimana pendidikan yang menuntuk dan berpihak pada murid. Guru memeiliki peran untuk mendidik dan menuntun murid sesuai kodratnya agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya. Maka kodrat alam dan kodrat zaman menjadi pertimbangan penting bagi guru agar kebutuhan belajar murid sungguh terpenuhi secara baik. 
Guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi memposisikan dirinya sebagai pribadi yang menghamba pada murid dan wujud mengaktualisasikan nilai dan perannya serta visi dirinya untuk mewujudkan potret murid di masa depan yang berprofil pelajar pancasila. Maka untuk mengkoneksiakan pemahaman ini membutuhkan lingkungan belajar yang positif dan berdaya guna. 
Guru sebagai pendidik memposisikan dirinya juga sebagai manajer dan selalu menerapkan segitiga restitusi dalam menyelesaikan persoalan belajar dan juga sikap murid. Oleh karena itu pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya memberikan arah yang jelas dan sangat positif agar murid mengalami kesadaran intrinsic dalam belajar dan bertindak sesuai dengan minat, kesiapan, serta profil belajarnya sendiri. Sehingga landasan pendidikan dan tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan pada profil lulusan setiap murid. 


KESIMPULAN 

Pembelajaran diferensiasi dipandang sebagai sebuah solusi dan juga tantangan. Dalam penerapannya pasti mengalami kendala dan hambatan namun dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa. 
Peran sentral guru membantu siswa secara bebas untuk menentukan pilihan belajarnya sesuai kesiapan, minat serta profil belajarnya masing-masing. Diferensiasi dapat dilakukan melalui tiga strategi meliputi konten, proses serta produk. Guru harus sungguh menyadari peran dan visi dirinya terhadap proyeksi murid impian di masa mendatang. Melalui filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dimana pendidikan menuntun dan mengarahkan siswa sesuai kodratnya masing-masing. 
Dengan demikian penerapan pembelajaran diferensiasi akan terwujud jika mengalami lingkungan belajar yang nyaman dan mengundang murid untuk belajar dengan suatu kondisi yang positif atau mengalami sebuah situsi yang memiliki budaya positif. Oleh karena itu pembelajaran diferensiasi merupakan sebuah strategi pembelajaran yang sangat dianjurkan untuk diterapkan oleh guru termasuk dalam penerpan kurikulum merdeka saat ini. 




SUMBER TERKAIT

Pembelajaran Diferensiasi tersedia dan diakses 4 Agustus 2023 pukul 16.15 pada  https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/20/160400771/pembelajaran-berdiferensiasi--manfaat-ciri-dan-contoh-penerapannya?page=all
Pembelajaran Diferensiasi tersedia dan diakses 4 Agustus 2023 pukul 15.30 pada https://www.google.com/search?q=pembelajaran+berdiferensiasi+pada+kurikulum+merdeka&oq=pembelajaran&aqs=chrome.4.69i59j69i57j0i512l3j69i61j69i60l2.4718j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.1 Pembelajaran Diferensiasi perangkat belajar MLS Bagi Calon Guru Penggerak Angkatan 8






1/07/23

Ritual "Wake Mangu Sa'o"

Ritual "Wake Mangu Sa'o"

Oleh: Siprianus Wara

         Foto insert (pribadi) 
        Ritual Wake Mangu di                    Tugasoki-Ekoae Ende 
             30  Desember 2022

Ritual "Wake Mangu Sa'o" merupakan upacara sakral dalam tradisi masyarakat adat di wilayah pantai utara Desa Ekoae, Kecamatan Wewaria, kabupaten Ende  tepatnya di Dusun Tugasoki Ratewati. Tradisi ini telah diwariskan secara turun temurun. Ritual ini sangat dihormati dan disakralkan karena tiang nok sebuah rumah merupakan simbol jantung dan nafas serta nadi kita manusia. Hal ini berarti rumah tempat tinggal sebagai tempat keberkatan, pemberi kesuburan, keturunan, kesehatan, serta kesuksesan dalam hidup.

Secara etimologis frasa "Wake Mangu Sa'o" terdiri dari tiga suku kata dalam bahasa Lio yakni salah satu suku di kabupaten Ende yang terdiri dari kata wake berarti mengangkat atau menaikan,mendirikan, mangu berarti tiang nok, sa'o berati rumah. Secara harafiah diartikan bahwa ritual wake mangu sa'o yaitu upacara memasang tiang nok rumah yang baru dibangun sebelum melanjutkan pengerjaan rangka atap sebuah rumah sebagai tempat kediaman bagi sebuah keluarga. Waktu pelaksanaanya bisa dilakukan pada pukul 23,24 atau pukul 1 dinihari ada juga pada jam 4-5 subuh tergantung dari kesepakatan keluarga.  Adapun pihak-pihak yang wajib dihadirkan dalam ritual ini;

1. Ata Nipi

   Ata Nipi merupakan orang yang diyakini memiliki kemampuan lebih (supranatural) yang dapat menjembatani kehidupan manusia dan dan kehidupan dunia orang mati (nande bhale). Orang ini dipercayakan keluarga bisa berasal dari dalam anggota keluarga atau warga dari klan yang sama namun bisa juga dari luar yang telah disepakati oleh pihak keluarga untuk melakukan ritual ini. Ata nipi memberi petunjuk bagi keluarga untuk melaksanakan upacara tersebut.

2. Pu'u kamu 

 Pihak yang wajib dihadirkan juga dalam upacara ini yakni pihak orang tua atau saudara dari pihak isteri. (Pu'u kamu) di mana pihak ini sebagai bagian tak terpisahkan dan merupakan garis lurus darah keturunan yang mendiami rumah ini dari pihak isteri. Pihak pu'u kamu membawa kain atau slempang yang akan diikatkan pada tiang nok dan dibiarkan sampai rusak atau tidak dibuka lagi dan terus terpasang sampai rumah ini didiami oleh keluarga. Biasanya menggunakan slempang hasil tenun ikat tradisional dari daerah setempat di mana ukurannya lebih kecil dari pada kain tenun. Pihak pu'u kamu akan terlibat langsung dalam pemakuan tiang nok sebagai wujud dukungan kepada pihak saudari atau tua eja.

3. Weta Ane

Pihak weta ane adalah pihak saudari dari suami. Ini melambangkan pihak ipar atau Eja atau disebut jalur saudari (jala ana weta) sebagai bentuk dukungan terhadap saudara yang meneruskan warisan orang tua dan leluhur sebagai jalur penerus keturunan dalam keluarga. Pihak weta ane berkewajiban untuk mengantar hewan kurban ke pihak saudara berupa babi atau ayam yang akan disembelih dan darahnya dioleskan di tiang nok atau berupa uang yang akan diserahkan ke pihak saudara pada ritual tersebut.

4. Ana Tukang

Ana tukang  merupakan pihak yang wajib dihadirkan  dan memiliki peran yang besar dalam kesuksesan pembagunan sebuah rumah. Ana tukang atau tukang bangunan sangat bertanggungjawab atas kenyamanan bagi keluarga untuk mendiami rumah yang dibangun. Pihak tukang harus teliti dalam merancang dan meletakan kayu pada rangka rumah berupa kosen pintu, jendela, rangka atap misalnya ujung, pangkal atau posisi persambungan kayu harus pas di tiang atau jangan di bagian tengah karena dipercayai akan membawa malapetaka atau sakit penyakit. Maka tukang diberikan kesempatan juga untuk memaku tiang nok selain tuan rumah, pihak pu'u kamu, serta pihak  weta ane. Hal ini menunjukan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan sebagaimana rumah terdiri dari rangka tiang, dinding, atas menjadi satu dan dapat didiami sebagai tempat berlindung dari panas, dingin, hujan,angin dan dijadikan sebagai pusat kegiatan keluarga serta tempat beristirahat.

 5. Aji Ka,e,tuka bela

Pihak Aji Ka,e merupakan pihak kakak, adik atau saudara atau fsaudari jauh baik bertalian darah, kawin mawin atau sahabat kenalan, para tetangga atau kerabat lainnya yang turut diundang sebagai bagian dari keluarga besar.  Para kerabat biasanya memberikan sumbangan berupa beras, arak, ayam, rokok atau apa pun dari hasil kesepakatan dan akan dikembalikan jika ada hajatan di kemudian hari. Hal ini sebagai bentuk dukungan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan serta budaya. Artinya satu keluarga tidak hidup sendirian namun selalu berinteraksi dengan orang lain, saling membantu dan menolong serta meminta bantuan jika berkekurangan. Ini merupakan hakikat kita manusia sebagai mahkluk sosial. Dalam ritual ini adapun tahapan ritualnya sebagai rangkaian upacara yang harus dilewati sebagai satu kesatuan yang lengkap dan berdaya guna;

1.Para tukang menyiapkan semua perlengkapan pertukangan termasuk tiang nok yang dibutuhkan. Biasanya ada satu tiang nok utama atau induk yang letaknya di bagian pusat rumah dan dibantu oleh tiang nok pendukung lainnya.

2. Pembuat ritual atau ata nipi yang mengupacarakan berupa ayam sembelihan dan darahnya dioleskan pada tiang nok serta 1 ayam lainnya yang diritualkan dan dilepaskan kembali serta dibiarkan hidup. Ayam ritual ini dibiarkan berkeliaran dan tidak disembelih sebagai simbol keamanan,kedamaian,ketentraman serta mengalami hidup selamanya.

3. Ritual ini diakhiri dengan acara makan bersama dengan terlebih dahulu mempersembahkan sesajen kepada Dua gheta lulu wula, Ngga'e ghale wena tana artinya Allah penguasa langit tertinggi dan Tuhan penghuni bumi terdalam serta semua arwah lelulur, roh jahat dan halus agar memberi restu akan segala jerih payah dan usaha kerja keluarga. Di sisi lain acara makan bersama  sebagai ucapan syukur bersama anggota keluarga yang terlibat dalam upacara ini. Setelah makan bersama semua anggota keluarga (laki-laki) harus terjaga sampai pagi di dalam rumah yang sedang dibangun. Di dekat tiang nok diletakan pelita atau penerangan agar meneranginya dan kekuatan gelap tidak mendiami dalam rumah. Maka ritual wake mangu sa'o sebagai upacara sakral dan sangat kaya makna bagi masyarakat adat suku Lio khususnya di Tugasoki Ratewati Ende.

Demikian gambaran singkat ritual “wake mangu sa’o” dalam tradisi masyarakat adat Ratewati Tugasoki di Desa Ekoae, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga artikel ini bermanfaat sebagai wujud pelestarian budaya lokal, tidak hanya dalam tutur lisan namun juga dalam bentuk tulisan. Artikel ini masih membutuhkan masukan dari masyarakat yang mewarisi tradisi ini agar tulisannya semakin lengkap dan dapat menjadi referensi bagi generasi selanjutnya.

Foto-foto di bawah ini merupakan kejadian pada ritual wake mangu sa'o.