17.3.17

Bedhu Sesi (Penyamun)


Gambar ilustrasi 'Loka Tua' diambil dari buku Punu Nange ceritera dari Soa Flores.


Bedhu Sesi adalah sebuah ceritera fiksi ( ceritera rakyat) yang berasal dari daerah Soa kabupaten Ngada.Ceritera ini mengisahkan warga masyarakat yang kehidupan kesehariannya hanya menghabiskan waktu di 'loka tua' dan akhirnya menjadi penyamun.

Pada suatu petang, bertepatan dengan waktu mereka akan menjadi penyamun, semua 'ana loka' hendak pergi minum tuak di 'loka'sebagai markas berkumpul keseharian mereka.

Kemudian, sesampainya di 'loka', mereka memanggang segala jenis makanan yang dijadikan sebgai makanan mereka. Ketika semuanya sudah tersedia, mereka mengambil tuak, untuk dituangkan, supaya mulai makan dan minum. 

Waktu tuak itu dituangkan, air tuak itu tidak bisa keluar, tetapi kalau diangkat terasa masih ada tuaknya yang ada dalam 'lego moke' tersebut. Sekali lagi salah seorang dari mereka menuangkannya namun air tuak tetap tidak bisa keluar.

Pada ketiga kalinya, tuak itu dituangkan akbirnya 'lego moke' itu meletus. Ketika meletus, lalu keluarlah darah yang menyiram semuanya yang ada dalam 'loka' tersebut.

Ketika mereka melihat bahwa darah sudah tersiram diseluruh tempat, mereka semua langsung membubarkan diri dan kembali ke rumah mereka masing - masing.

Sesampainya di rumah, waktu isteri mereka memasak makanan, di dalam periuk hanyalah darah.

Karena semuanya begitu, semua isteri dan anak - anak pergi mengurung diri di dalam lumbung. Semua laki  -laki dalam kampung itu pergi menjadi penyamun. Mereka bersama  - sama perfi ke hutan dengan membawa parang, tombak dan juga pedang.

Di jalan - jalan, di 'loka - loka', di hutan, kebun, mereka mengintai semua mungkin ada orang yang berjalan sendirian.

Semua mereka yang menjadi penyamun hanya memakan makanan mentah (ka ngeta). Mereka juga membawa makanan mentah kepada isteri dan anak mereka yang masih mengurung diri di lumbung.

Makanan hanyalah mentimun, jagung muda, da untuk mendapat air minum mereka hanya mengisap tebu.

Jika mereka melihat ada orang di jalan, di hutan, atau di kebun sendirian maka mereka terus mengejar dan membunuhnya. 

Setelah membunuh, mereka hanya memotong bagian dahi, dan ujung hidung serta telinga.

Semua bagian tubuh yang telah dipotong, mereka membawanya sampai di rumah, serta memanggil isteri dan anak  - anaknya untuk bersama - sama pergi ke 'loka' mau membunuh babi, dan memasak nasi.

Sesudah itu mereka melakukan upacara sorak sorai disertai dengan telinga, ujung hidung, dan dahi dari orang - orang yang mereka bunuh.

Sesudah itu mereka kembali ke kampung, dan memasuki rumah mereka masing - masing dan menjadi pulih seperti semula.

Ceritera ini di ambil dari buku Punu Nange Ceritera dari Soa Flores. Editor Andrian Mommersteeg SVD dkk (1999 hlm 50) 

No comments: