3/27/17

Merajut Keberagaman Di Negeri 1000 Pura (Sebuah Refleksi Kemajemukan)


Foto Insert: Arakan Ogoh - Ogoh Di Singaraja Bali 27 Maret 2017

   
       SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA NYEPI 2017
                                          1 SAKA 1939
Refleksi Pribadi Mengalami Hari Raya Nyepi di Bali

Hari raya Nyepi merupakan upacara keagamaan bagi sesama saudara kita yang beragama Hindu. Kekhasan upacara ini jelas terlihat dari berbagai rangkaian upacara, baik sebelum maupun sesudah perayaan Nyepi itu sendiri. Bagi umat beragama lain tentu hal ini tidak dipahami namun sangatlah perlu kita saling membangun sikap solidaritas dan toleransi kepada sesama saudara kita yang merayakannya. 

Hari raya Nyepi di Bali terasa sangat istimewa. Upacara keagamaan ini dikenal dengan "Silent Day", artinya  satu hari penuh tidak adanya aktivitas baik oleh umat Hindu maupun umat beragama lain. Sehingga semua aktivitas perkantoran atau unit usaha apapun baik instansi pemerintah, swasta, perbankan, dan juga penerbangan semuanya tutup. Hal inilah menjadi satu - satunya upacara keagamaan di dunia yang dilaksanakan dalam suasana keheningan tanpa terkecuali. Dengan demikian seluruh umatnya senantiasa khusuk dalam doa.

Dalam rangkaian upacara Nyepi tahun ini yang jatuhnya pada 28 Maret 2017 yakni 1 Saka 1939, tentunya memiliki harapan besar akan kedamaian, keamanan dan kemakmuran bagi penganutnya. Hal ini pula senantiasa menjadi refleksi mendalam juga bagi kondisi warga bangsa ini yang dari waktu ke waktu semakin mengalami kemerosotan akan sikap solidaritas dan toleransi antara para pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya. Misalnya adanya kekerasan yang bertopeng agama, masalah ter up date yakni kekisruhan pendirian Gereja St.Clara di Bekasi, kasus penistaan agama yang dicampuradukan dengan politik dalam perhelatan pemilukada Di DKI dan masih banyak persoalan lain di negeri ini.

Semua persoalan itu selalu mengedepankan ketidakseimbangn dan saling sikut antara kaum minoritas dan mayoritas. Pertanyaannya, sampai kapan negeri ini mempersoalkan perbedaan? Bukankah kemajemukan itu suatu kekayaan bersama? Benar apa yang dikatakan oleh Kiai Adurahman Wahid sang tokoh pluralisme itu " jika anda Hindu jangan menjadi seperti orang India, Kristen jangan menjadi Yahudi, Islam jangan menjadi orang Arab".Itu semua mengingatkan kita, betapa kayanya bangsa ini dengan keberagaman yang dimiliki. Jika semuanya berada dalam solidaritas dan hidup yang rukun antara satu dengan yang lain tanpa mempersoalkan agama, suku, ras dan antaar golongan, Maka hal ini menunjukan kekuatan besar sebagai negara yang mengedepankan sikap toleransi antar warganya.

Oleh karenanya sebagai masyarakat yang menghargai perbedaan, maka solidaritas di Bali secara langsung menunjukan bahwa Bali menjunjung tinggi perbedaan dan kemajemukan antar warga masyarakat yang mendiami negeri 1000 pura ini. Kebersamaan yang dibangun atas landasan keberagaman terasa bermakna di hari perayaan Nyepi.

Maka dari itu, dalam nuansa keberagaman, pada kesempatan bernilai, salah satu bentuk sederhana merajut keberagaman dan kemajemukan yaitu adanya keterlibatan para penganut agama lain yakni kaum biarawati dari komunitas SSPS dan CIJ Singaraja Kabupaten Buleleng yang turut mengambil bagian dalam perarakan Ogoh - Ogoh. Tentu saja, tidak hanya para biarawati tapi juga para penganut agama lain yang turun ambil bagian dalam acara ini. Hal ini menunjukan bahwa untuk membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antar umat beragama tidak mesti dengan hal - hal yang besar. Inilah sesungguhnya wujud solidaritas nyata seperti yang dilakukan para biarawati Katholik  (Foto insert). Dengan caranya Sendiri, mereka mau menunjukan sikap toleransi yang kerap diabaikan oleh kaum beragama di negeri ini. Seringkali kita hanya memaknai sikap toleransi yang sempit dan selalu mengarah pada perpecahan. 

Kita perlu berbangga sebagai bagian dari hari raya Nyepi. Walaupun kita tidak merayakannya namun turut mengalami suasana hening dan lengang dari hiruk pikuk duniawi yang seakan membuat kita lupa akan Sang Kuasa. Maka dalam keanekaragaman baik budaya, suku, ras dan agama, kita senantiasa merajut kebersamaan dalam perbedaan. Dari Negeri 1000 pura ini, kita wujudkan solidaritas antara umat beragama dalam bingkai keberagaman. Satu prinsip bahwa agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku namun Indonesia adalah satu yakni kita satu dalam keberagaman. Mudah  - mudahan ini semua menjadi contoh dan juga sikap toleransi yang perlu dibangun di antara umat beragama di seluruh pelosok negeri NKRI tercinta ini. Selamat merayakan hari raya Nyepi bagi sesama saudara yang merayakannya, berkat dan cinta dari Sang Kuasa menyertai anda sekalian.

Foto Insert: Biarawati Katholik berpose bersama Bupati dan Wakil Bupati  Kabupaten Buleleng Singaraja Bali (Dari kanan Wakil Bupati, Bupati dan ibu)


Happy Silence Day 1 Saka 1939

By Wara Cypriano


No comments: