1.3.17

Misa Hari Rabu Abu: Memaknai Masa Ret - Ret Agung




Foto: Misa Rabu Abu, 1 Maret 2017 Gereja St.Paulus Singaraja Bali.


          Perayaan ekaristi Kudus hari Rabu Abu di Gereja Katholik St.Paulus Singaraja Bali sore ini berjalan khusuk dan khidmat. Ratusan umat memadati ruangan Gereja untuk mengikuti perayaan iman sebagai tanda dimulainya masa prapaskah. Hal ini menunjukan antusiasme umat Katholik Singaraja sangat tinggi. Dari jumlah kursi yang disediakan oleh panitia perayaan semuanya terisi oleh   umat yang hadir. Kursi tidak hanya disediakan dalam gereja namun di halaman gereja, sehingga semua umat yang hadir mendapatkan tempat duduk. Perayaan ekaristi Kudus dipimpin oleh Rm.Roberthus Gaga Nae, Pr dan imanm konselebran Rm.Hans Wijaya Pr. Perayaan ekaristi kudus ini dimulai tepat pukul 18.00 wita. Rm.Ronerth dalam kata pembukaan menegaskan bahwa hari ini kita mulai memasuki masa puasa, masa tobat yaitu suatu masa dimana Gereja meberikan kesempatan kepada kita untuk menghayati nilai -nilai pertobatan melaui berpantang dan berpuasa serta karya nyata dan laku tobat yang kita jalani.Sehingga pada akhirnya kita semua boleh menerima rahmat dan sukacita pada saat merayakan hari paskah Tuhan.

          Dalam permenungan umat yang dihantar melalui  Kotbah singkat yang dibawakan oleh Rm Hans Wijaya, Pr. ada beberapa  hal yang disampaikan dan menjadi permenungan umat dalam perayaan ini yang diambil dari perikop bacaan 1 dari nubuat Yoel: 2:12-18 dan bacaan 2 dari surat pertama rasul Paulus kepada jemaat di Korintus:5:20-6:2 dan dipertegas dalam injil Mateus : 6:1-6.16-18. Rm.Hans sapaan akrabnya menegaskan bahwa Hari Rabu Abu tidak hanya menjadi perayaan rutinitas tahunan Gereja Katholik namun lebih pada penghayatan akan kesadaran umat akan imannya yang  harus terus tumbuh dari waktu ke waktu yaknk iman akan Yesus Kristus sang putera Allah yang hidup. Ditegaskannya juga bahwa Para umat perlu memaknai momen ini akan eksistensi dirinya sebagai pribadi yang berdosa. Ada banyak cara yang dapat dijalankan umat dalam hal berpantang dan berpuasa, misalnya mewujudkan niat dalam semangat melayani, memberi, menghilangkan satu kebiasaan buruk atau dosa yang semuanya mengarahkan dirinya kepada suatu pertobatan sejati.

      Makna perayaan ini bagi umat Katholik Singaraja secara khusus dan seluruh dunia secara umum adalah sangatlah mendalam dan memiliki konsekwensi besar dalam perubahan sikap dan cara hidup sehari - hari.Hal ini sekali lagi dipertegas oleh Rm Hans, Makna perayaan ini selain sebagai dimulainya masa prapaskah namun lebih dari itu, umat Katholik dihantar dalam berpantang dan berpuasa yang harus dijalaninya sebagai bentuk metonoia atau berbalik dari suatu kebiasaan buruk atau dosa dengan menimba rahmat Tuhan dan mengikuiNya atau membangun sikap mati raga dalam pembaharuan diri akan sikap konsumerisme dan cinta diri yang sempit. Para umat menjalaninya sesuai dengan niat yang dibangun selama 40 hari ke depan. Masa 40 hari yang dimulai hari ini, sampai jatuhnya hari paskah atau selama 44 hari termasuk hari minggu hingga puncaknya di hari jumad agung yakni hari djmana Kristus wafat di kayu salib. Maka masa ini disebut juga masa ret - ret agung dimana semua umat menjalani masa mati raga dan semangat mengampuni, memberi dan bersyukur atas karya penebusan, maka dirinya juga akan diampuni Tuhan dan sesama. Hari Rabu Abu merupakan hari dimana dalam perayaan ekaristi umat diberi tanda salib di dahi dengan abu. Hal ini sebagai simbol pertobatan dan kerendahan hati. "Koyaklah hatimu dan jangan pakaianmu" artinya kita harus membangun niat akan sebuah pertobatan terhadap kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat baik kepada diri sendiri, sesama bahkan kepada Tuhan. Hari Rabu Abu juga sebagai perayaan yang mengingatkan kita akan tradisi gereja misalnya dalam kitab Ester dimana umat Israel menaburkan debu di atas kepala atau seluruh badan mereka sebagai tanda penyesalan, tangisan dan juga pertobatan akan setiap kesalahan yang telah mereka perbuat. Maka dari itu sebagai umat tebusan Allah kita melandasi masa pertobatan kita dengan apa yang ditegaskan oleh Yesus bahwa murnikan hati kita dengan pertobatan yang tulus.
   
           Lebih lanjut dalam kata penutup kotbahnya Rm. Hans, menegaskan buah pertobatan adalah kegembiraan sejati. Sukacita dan kegembiraan dilandasi iman yang teguh akan Yesus Kristus yang mengorbankan dirinya dengan memanggul salib ke gunung Kalvari demi menebus dosa - dosa kita. Pemenuhan kegembiraan kita yakni sukacita di saat merayakan paskah Tuhan. Maka dari itu, dalam kaitannya pembukaan masa prapaskah bagi kita umat keuskupan Denpasar hendaknya benar -benar menghayati buah pertobatan yang kita jalani. Di tahun ini pula Keuskupan Denpasar mempersiapkan diri untuk melaksanakan Sinode ke IV pada bulan November 2017. Sehingga sebagai umat sangat diharapkan bahwa dalam keluarga kita masing - masing marilah kita membangun sikap untuk menghayati karya nyata melalui tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) KWI 2017 yakni Keluarga Berwawasan Ekologis. Tema yang diusung ini memberikan tanggungjawab besar kepada semua keluarga katholik di keuskupan ini seluruh Indonesia untuk menjaga keseimbangan alam dalam hidup dan karyanya sehingga kelestariaannya benar-benar dapat dijaga dengan baik demi kelangsungan hidup kita di dunia ini.

Selamat memasuki masa prapaskah, kasih Tuhan dan laku tobat yang kita jalani mengantarkan kita pada pertobatan sejati.Tuhan Memberkati.

By Wara Cypriano
Salam Rakats Singaraja

Foto Tambahan:Diambil dari postingan komsos Paroki St.Petrus Negara Bali 


Foto tambahan:Diambil dari halaman akun Fb @Eronewou.

No comments: